Jawa Pos

Omzet Tokel-UMKM Mulai Normal

Kelurahan-Kecamatan Beri Pendamping­an dan Monev

-

SURABAYA – Geliat pertumbuha­n ekonomi di metropolis perlahan mulai meningkat. Misalnya, omzet penjualan koperasi kelontong di kawasan Kecamatan Rungkut mulai normal sebulan belakangan ini.

Ketua Koperasi Toko Kelontong (Tokel) Rungkut Makmur Sejahtera (RMS) Suhardi mengatakan, setelah pelonggara­n, omzet per hari tiap anggota koperasi toko kelontong kembali normal. Rata-rata memperoleh Rp 250 ribu–Rp 300 ribu per hari. ”Kebijakan pemkot mewajibkan ASN untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari ke koperasi melalui E-Peken (Pemberdaya­an dan Ketahanan Ekonomi Nang Suroboyo) cukup membantu memulihkan ekonomi anggota koperasi,” katanya.

Kasi Perekonomi­an Kecamatan Rungkut Purwaning menjelaska­n, monitoring dan evaluasi terhadap koperasi toko kelontong di wilayah Rungkut terus dilakukan. Kemarin (12/10) monitoring dilakukan di koperasi toko kelontong di kawasan Kedung Baruk. ”Ada 58 anggota koperasi toko kelontong di wilayah kami. Salah satu evaluasi yang dilakukan adalah penggunaan aplikasi di ponsel pintar,” ucapnya. ”Pendamping­an juga melibatkan akademisi. Selain meningkatk­an skill di teknik informatik­a, juga cara marketing,” ungkapnya.

Pendamping­an tidak hanya ditujukan untuk koperasi toko kelontong, tapi juga UMKM. Di Medokan Ayu, ada tiga usaha yang menonjol. Yakni, usaha minuman/makanan mangrove, kopi, dan batik. ”Akhir-akhir ini memang penjualan mulai meningkat. Kami berharap terus seperti ini,” kata salah seorang pelaku UMKM, Sabar.

Dia menerangka­n, sejauh ini pihak kelurahan memberikan masukan terkait dengan strategi dan pemasaran. ”Untuk usaha yang berangkat dari rumahan, memang butuh berbagai tips agar bertahan di tengah pandemi. Salah satunya terkait dengan metode penjualan yang harus dimaksimal­kan lewat daring dan medsos,” tuturnya.

Hal serupa dirasakan Karyono. Pengusaha produk mangrove itu menerangka­n, saat ini pendapatan­nya mulai membaik. Saat ini penjualan Rp 3 juta–Rp 4 juta. ”Saat PPKM level 3, hanya Rp 1 juta,” kata dia. Produknya tidak hanya dijual di Surabaya, tapi hingga luar kota dan provinsi. ”Paling jauh ke Sulawesi,” ujarnya.

Sementara itu, Lurah Medokan Ayu Ahamd Yardo berharap UMKM bisa terus menggeliat bangkit dengan berbagai inovasi dan kreasi. ”Kami juga akan mendukung penguatan UMKM untuk bisa survive dalam berbagai kondisi,” tuturnya.

 ?? ROBERTUS RISKY/JAWA POS ?? CASHLESS: Pengunjung toko kelontong milik Ratna Dewi menggunaka­n QRIS sebagai metode pembayaran.
ROBERTUS RISKY/JAWA POS CASHLESS: Pengunjung toko kelontong milik Ratna Dewi menggunaka­n QRIS sebagai metode pembayaran.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia