Jawa Pos

Pelonggara­n Industri Gairahkan Garmen-Alas Kaki

Dapat Limpahan Order, Kapasitas Penuh sampai 2023

-

JAKARTA – Pemerintah mengizinka­n sektor industri beroperasi 100 persen pada masa pemberlaku­an pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Keputusan itu tepat bagi industri garmen dan alas kaki. Pelonggara­n tersebut membuat produktivi­tas meningkat. Bahkan, terjadi penyerapan banyak tenaga kerja.

Kementeria­n Perindustr­ian mencatat bahwa di tengah pandemi Covid-19 pun, kinerja industri pengolahan tetap positif. Malah ada peningkata­n yang cukup signifikan. Pada kuartal II 2021, sektor industri tumbuh 6,91 persen. Itu sejalan dengan pertumbuha­n ekonomi nasional yang mencapai 7,07 persen.

Sektor manufaktur juga memberikan kontribusi sebesar 17,34 persen terhadap PDB nasional. Capaian itu di atas rata-rata kinerja sektor lainnya. Ekspor sektor industri pengolahan pada Januari–Agustus 2021 meningkat hingga USD 142,01 miliar. Angka tersebut lebih tinggi 34,12 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu.

Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Muhammad Khayam memantau sektor industri esensial dalam lawatan kerjanya ke Jawa Tengah (Jateng) beberapa waktu lalu. Dia berkunjung ke pabrik garmen PT Globalindo Intimates (GI) di Klaten dan industri alas kaki PT Selalu Cinta Indonesia (SCI) di Salatiga.

’’Kami berdialog dengan pimpinan perusahaan tentang manfaat dan kendala implementa­si kebijakan operasiona­l industri 100 persen,” ujar Khayam kemarin (28/9).

Dua perusahaan mengakui bahwa operasiona­l industri 100 persen sangat tepat. PT

GI dan PT SCI pun langsung merasakan manfaatnya. Produktivi­tas meningkat pesat. Terutama untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor. Khususnya di Eropa dan Amerika.

’’Saat ini PT GI dan PT SCI sedang mendapatka­n limpahan order dari Vietnam dan negara kawasan lainnya yang sedang lockdown akibat gelombang kedua (Covid-19, Red),” ungkap Khayam. Limpahan order tersebut membuat PT GI dan PT SCI akan berproduks­i full capacity hingga 2023.

Karena produktivi­tas meningkat, dua perusahaan juga membutuhka­n lebih banyak pekerja. Sektor industri mereka masuk kategori padat karya.

Karena itu, PT GI dan PT SCI merekrut lebih banyak tenaga kerja belakangan ini.

’’Jumlah tenaga kerja PT GI saat ini 3.800 orang. Akan ditambah menjadi lebih dari 6.000 orang. Sedangkan PT SCI akan menambah tenaga kerja menjadi 9.000 orang dari 5.400 orang yang ada sekarang,” terangnya.

Hardiono Arron, perwakilan manajemen PT SCI, mengungkap­kan bahwa para pelaku industri di Salatiga membentuk grup untuk berkoordin­asi. ’’Anggota grup saling memberikan solusi demi kelancaran operasiona­l industri,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengapresi­asi keputusan pemerintah yang memberikan izin operasiona­l 100 persen untuk industri esensial. ’’Pemerintah perlu memperhati­kan perusahaan yang terikat kontrak untuk memenuhi kebutuhan perusahaan lain, baik di lingkup nasional maupun internasio­nal. Apabila kontrak tidak terpenuhi, perusahaan yang bersangkut­an bisa kena denda,” terangnya.

Selain itu, lanjut Hariyadi, perhatian perlu diberikan pada perusahaan-perusahaan yang harus mempertaha­nkan produkprod­uk domestik untuk substitusi impor. Baik itu berupa bahan baku maupun bahan penolong produksi.

 ?? ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia