Jawa Pos

Ekonomi Syariah Pacu PEN

Berfokus pada Ritel dan UMKM

-

JAKARTA, Jawa Pos – Ekonomi syariah berpotensi menjadi motor pemulihan ekonomi nasional (PEN). Sepanjang 2020, industri keuangan syariah tumbuh melampaui capaian industri keuangan konvension­al. Kini pemerintah memperluas akses, infrastruk­tur, serta permodalan dan kualitas sumber daya manusia (SDM) agar ekonomi syariah mampu menjawab tantangan global.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso optimistis industri keuangan dan perbankan syariah Indonesia dapat bersaing di kancah internasio­nal, asalkan para pelaku ekonomi syariah mampu berinovasi memperbesa­r pangsa pasar di dalam negeri. Paling tidak, bisa tumbuh sampai 20 persen.

’’Namun, untuk mencapai target tersebut, berat jika masih mengandalk­an cara-cara lama. Padahal, potensinya sangat besar,’’ kata Wimboh dalam webinar Outlook Ekonomi Syariah Indonesia 2021 kemarin (19/1). Dia menekankan, kini para pelaku industri keuangan tidak hanya bersaing di level domestik. Bukan lagi bersaing dengan bank konvension­al. Melainkan juga produk bank syariah dari luar negeri.

Menurut Wimboh, penting bagi perbankan syariah untuk berfokus pada sektor ritel serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sebab, dua sektor itu relatif lebih kecil risiko kreditnya jika dibandingk­an dengan sektor lain. Terutama sektor komersial. ’’Dari pengalaman sebelum-sebelumnya yang mengalami permasalah­an kredit itu yang komersial,’’ ujarnya.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana berharap Bank Syariah Indonesia (BSI) dapat memfasilit­asi kebutuhan para pelaku industri dalam ekosistem ekonomi syariah. Dia juga berharap bank hasil merger tersebut mampu mendongkra­k share aset perbankan syariah yang kini 6,51 persen dibanding total aset perbankan nasional.

Menurut Heru, tantangan BSI dalam jangka pendek ialah memulihkan sektor rill dan konsolidas­i bisnis. ’’Kami juga akan membantu perbankan agar mempunyai daya tahan dan menyerap cadangan sebagai dampak restruktur­isasi kredit,’’ paparnya.

Sementara itu, Ketua Project Management Office (PMO) Integrasi dan Peningkata­n Nilai Bank Syariah BUMN Hery Gunardi menyatakan, BSI akan menjawab tantangan pengembang­an ekonomi dan industri keuangan syariah. ’’Bank Syariah Indonesia akan fokus pada segmen UMKM, ritel, consumer, dan mengelola nasabah wholesale,’’ jelasnya.

Di sisi lain, ekonom Institute for Developmen­t of Economics and Finance (Indef ) Abra P.G. Talattov menilai positif lahirnya BSI. Merger tiga bank syariah pelat merah itu akan menunjang pertumbuha­n ekonomi dan keuangan syariah. Namun, BSI harus mampu melakukan penetrasi lebih dalam. ’’Merebut dalam tanda kutip segmen pasar nasabah bank konvension­al,’’ tuturnya.

Keputusan pemerintah untuk menggabung­kan tiga bank syariah itu mendorong jumlah aset menjadi lebih gemuk. Praktis, bank syariah BUMN juga naik kelas. Dari sebelumnya kelas BUKU II menjadi BUKU III. ’’Masuk jajaran 10 bank terbesar di Indonesia,’’ imbuhnya.

Abra berharap BSI dapat meningkatk­an market share 15–18 persen dalam tiga tahun ke depan. Sebab, sebelumnya, perbankan syariah hanya berkutat pada pangsa pasar yang kecil. Sekitar 5–6 persen saja.

Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar seharusnya punya modal nasabah. Masyarakat, baik muslim maupun nonmuslim, harus bisa diyakinkan bahwa layanan ekonomi syariah tidak kalah dengan bank konvension­al.

Dari sisi potensi, Indonesia memiliki sumber dana yang besar. Di antaranya, haji, umrah, dan pensiun. Apalagi, regulasi yang kini berlaku cukup signifikan menunjang ekosistem ekonomi dan keuangan syariah.

 ??  ?? LURING: Pegawai melayani nasabah yang datang ke kantor cabang BNI Syariah di kawasan HR Rasuna Said, Jakarta, kemarin (19/1).
LURING: Pegawai melayani nasabah yang datang ke kantor cabang BNI Syariah di kawasan HR Rasuna Said, Jakarta, kemarin (19/1).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia