Jawa Pos

Optimistis Segera Penuhi Semua Indikator

Dispendik Beri Kesempatan Sekolah Swasta

-

SURABAYA, Jawa Pos - Pemkot Surabaya masih menunggu kesiapan sekolah untuk mulai melaksanak­an pembelajar­an tatap muka. Dari hasil telaah Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya, masih banyak lembaga pendidikan yang belum memenuhi indikator yang sudah ditetapkan. Namun, pihak sekolah berupaya memenuhi ketentuan itu

Kepala SMPN 15 Shahibur Rachman menjelaska­n, beberapa hari yang lalu, tim dari dinas pendidikan (dispendik) turun ke sekolah. Petugas melalukan verifikasi faktual. Memelototi indikator pemenuhan pembelajar­an tatap muka yang sudah disetor ke dispendik.

Menurut Rachman, pihaknya sudah siap. Hal itu terlihat dari pemenuhan sejumlah indikator. Misalnya, sarana-prasarana (sarpras) penunjang berupa masker, face shield, wastafel, dan sabun cuci tangan. Ventilasi ruang kelas juga diatur. Minimal 10 persen dari luas kelas.

Sekolah juga mengatur alur pembelajar­an. Mulai siswa berangkat dari rumah, tiba di sekolah dan mengikuti pembelajar­an, hingga pulang ke rumah. Peran orang tua menjadi yang utama.

Yang tidak kalah penting adalah satgas penanganan korona di sekolah. Setiap sekolah diminta membentuk satgas. Tujuannya antisipasi serta penegakan protokol kesehatan. ’’Kesiapan kami sudah 95 persen,’’ jelasnya.

Kekurangan hanya ada pada imbauan penanganan korona. Misalnya, dilarang berkerumun. Menurut Rachman, banner dan spanduk sudah dicetak. ’’Harus ditambah,’’ ucapnya.

Lain halnya dengan SMP swasta. Hingga kini lembaga pendidikan itu masih berupaya mencapai target. Melengkapi indikator sekolah tatap muka yang ditetapkan dispendik.

Ketua MKKS SMP Swasta Surabaya Erwin Darmogo mengatakan, dispendik berencana membuka kembali pembelajar­an tatap muka. Pada tahap awal, ada 21 SMP yang bakal dibuka.

Itu tersebar di sejumlah wilayah. Baik negeri maupun swasta.

Porsi untuk SMP swasta lebih banyak. Total 11 sekolah. Hal itu menujukkan pemkot tidak pilih kasih. Memberikan perhatian kepada siswa yang mengenyam pendidikan di lembaga swasta.

Menurut Erwin, pihaknya membutuhka­n waktu untuk memenuhi indikator yang ditetapkan dispendik. ’’Kami terus berupaya memenuhi syarat,’’ ucapnya.

Erwin tidak menjelaska­n secara gamblang indikator yang susah untuk dipenuhi. Namun, ada satu yang disampaika­n. Yakni, wastafel di dalam kelas. ’’Masih kami upayakan,’’ ujarnya.

Sementara itu, Kasubbag Penyusunan Program dan Pelaporan Dispendik Triaji Nugroho menjelaska­n, sekolah diberi kesempatan untuk memenuhi indikator tersebut. Pasalnya, syarat itu wajib dipenuhi.

Contohnya, sarpras kebersihan. Aji, sapaan akrab Triaji, menjelaska­n bahwa pada era normal baru, kebersihan menjadi perhatian utama. Siswa diminta sering mencuci tangan. ’’Tujuannya memutus mata rantai korona,’’ terangnya.

Yang tidak kalah penting adalah izin dari orang tua. Menurut dia, keputusan untuk mengikuti pembelajar­an tatap muka merupakan kewenangan penuh wali murid. Dispendik harus mendapatka­n lampu hijau.

’’Ketika tidak bersedia, kami tidak bisa memaksa,’’ ucapnya.

Aji mengatakan, pihaknya menunggu SMP swasta untuk segera mengirim pemenuhan indikator. Selain itu, dispendik meminta sekolah negeri segera melengkapi syarat. ’’Sehingga ketika zona sudah hijau dan mendapatka­n izin pemerintah, sekolah tatap muka bisa berjalan,’’ terangnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia