Tingkatkan TKDN untuk Imbangi Laju Pasar
Bersepeda menjadi kegiatan alternatif untuk lepas dari pembatasan mobilitas. Tren itu membawa dampak positif pada penjualan dan aktivitas produksi di pabrik. Pemerintah berharap peluang tersebut bisa meningkatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dan s
MENTERI Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengaku hendak memperdalam struktur manufaktur sektor industri sepeda di dalam negeri. Itu dilakukan supaya produsen komponen domestik tumbuh. Dengan demikian, penggunaan produk lokal dalam mata rantai produksi sepeda bisa optimal.
”Kami akan berkoordinasi dengan berbagai pihak, terutama sektor industri, untuk mengembangkan sepeda dengan komponen-komponen buatan dalam negeri,” ujarnya pada Jumat lalu (17/7).
Menteri 51 tahun itu melihat potensi pasar domestik untuk industri sepeda sangat besar. Peluang bisnisnya pun masih terbuka lebar. Apalagi di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang. Sebagian besar masyarakat menjadikan bersepeda sebagai cara untuk menjaga kesehatannya.
’’Kami lihat tren penggunaan dan penjualan sepeda sedang naik. Kenaikan ini tidak akan sebentar,’’ tuturnya. Menurut dia, setelah pandemi berakhir nanti, bersepeda masih akan tetap menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. Bahkan, trennya bisa meningkat. Sejauh ini, menurut Kementerian Perindustrian (Kemenperin), kebutuhan sepeda tercatat 8‒9 juta unit. Baik sepeda untuk dewasa maupun anak-anak.
Agus menyatakan, tingginya permintaan pasar itu menjadi peluang yang baik bagi produsen sepeda nasional untuk memacu kapasitas produksinya. ’’Ini menjadi momen yang sangat tepat bagi pabrikan untuk meraih pasar. Caranya, dengan menambah produksi,’’ ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Taufiek Bawazier menyatakan bahwa para produsen sepeda sedang memperkuat rantai suplai industri. Hingga saat ini, TKDN sepeda buatan dalam negeri telah mencapai 50‒60 persen. ’’Apabila komponen seperti gir sepeda bisa diproduksi dalam negeri, TKDN akan bertambah 10 persen,’’ ujarnya.
Untuk itu, Kemenperin juga akan menggairahkan sektor manufaktur pendukungnya. Misalnya, industri besi dan baja yang dapat memasok kebutuhan bahan baku produsen sepeda tanah air.
Taufiek menjelaskan, industri sepeda di dalam negeri juga perlu memanfaatkan teknologi terkini supaya produktivitas meningkat. ’’Bagian yang saat ini perlu didukung teknologi nano adalah bahan rangka sepeda yang terbuat dari carbon,’’ katanya. Menurut dia, carbo harus mulai dipikirkan untuk diproduksi di dalam negeri.
Terpisah, Direktur PT Insera Sena William Gozali menyatakan apresiasinya terhadap upaya pemerintah untuk meningkatkan TKDN sepeda. ’’Memang kami sedang ada diskusi tentang TKDN sepeda. Kalau TKDN Polygon, 30‒40 persen,’’ ungkapnya.
Menurut William, saat ini investasi komponen sepeda di tanah air masih sedikit. Perusahaan luar yang ingin berinvestasi di Indonesia sebenarnya cukup banyak. Hanya, itu terhambat beberapa kendala. Yaitu, perpajakan, relokasi mesin, dan lartas. ’’Sebagian besar hasil produksi industri sepeda untuk ekspor. Maka, mereka pasti ingin mendapat pajak yang ringan,’’ ucapnya.
William mengatakan bahwa sifat industri komponen sepeda berbeda-beda. Antara lain, global sourcing, global supply chain, dan global selling. Karena itu, tidak mungkin sepeda hanya diproduksi untuk memenuhi pasar domestik. Umumnya, 60‒80 persen ekspor dan kurang dari 40 persen untuk dalam negeri.
’’Jadi, Indonesia harus mempunyai peraturan yang jelas terkait dengan ekspor ataupun penjualan lokal. Keseriusan pemerintah terhadap pengembangan industri sepeda dalam negeri ini bisa memancing investasi di bidang komponen sepeda,’’ jelasnya.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo) Eko Wibowo optimistis industri sepeda nasional bisa bangkit. Terutama jika pemerintah membenahi infrastruktur penunjangnya. Apalagi, kehadiran sepeda bukan lagi sekadar alat rekreasi, tetapi juga kebutuhan kesehatan.