Sehatkan BUMN, Siapkan Dana Talangan
Garuda Berharap Segera Cair
JAKARTA, Jawa Pos – Dana talangan pemerintah akan menjadi angin segar bagi badan usaha milik negara (BUMN). Sebab, pandemi Covid-19 juga menekan kinerja perusahaan-perusahaan pelat merah tersebut. Namun, pemerintah memperingatkan, dana talangan itu tidak bersifat permanen.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu berharap pemberian dana talangan bisa membuat BUMN lebih leluasa bekerja. ”Dana talangan ini adalah working capital jangka pendek. Talangan investasi adalah sesuatu yang akan kembali. Ini bukan PMN (penyertaan modal negara, Red), bukan penambahan modal secara permanen,” ujarnya dalam video
conference Kamis (4/6). Menurut Febrio, awalnya pemerintah berencana mengucurkan dana talangan untuk 12 BUMN. Namun, Bulog kemudian dicoret dari daftar tersebut. Semula, Bulog hendak mendapatkan dana talangan Rp 13 triliun. Namun, selanjutnya hanya mendapat Rp 10,56 triliun yang masuk dalam skema bansos.
Febrio menuturkan, Kementerian Keuangan berkomitmen membantu Kementerian BUMN untuk bereformasi. Dengan demikian, BUMN bisa semakin efisien dan mampu menghindari moral hazard. Pemerintah lantas menetapkan sejumlah kriteria untuk BUMN yang masuk program pemulihan ekonomi nasional (PEN).
”Kriteria tersebut, antara lain, dari faktor pengaruhnya terhadap hajat hidup orang banyak, peran sovereign yang dijalankan oleh BUMN, total aset yang dimiliki, eksposur terhadap sistem keuangan, dan kepemilikan pemerintah,” urainya.
Sementara itu, maskapai nasional PT Garuda Indonesia Tbk menyambut baik dana talangan Rp 8,5 triliun dalam bantuk pinjaman. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra berharap dana talangan program PEN itu bisa secepatnya terealisasi. Menurut dia, dana talangan tersebut tidak digunakan untuk membayar utang. ”Sinyal utama yang sudah disampaikan Kemenkeu, dana talangan tidak diperuntukkan buat bayar sukuk,” ujarnya kemarin (5/6).
Garuda Indonesia memiliki utang yang jatuh tempo pada 3 Juni lalu, berupa sukuk global senilai USD 500 juta (sekitar Rp 6,96 triliun). Namun, saat ini Garuda tengah menegosiasi utang tersebut untuk direstrukturisasi hingga tiga tahun ke depan. Mengenai dana talangan, menurut Irfan, Garuda telah bersepakat dengan Kemenkeu dan Kementerian BUMN untuk modal kerja di tengah pandemi.
Irfan berharap dana talangan itu bisa menyehatkan likuiditas perseroan sampai pandemi berlalu nanti. Dengan demikian, maskapai penerbangan itu juga bisa lebih kompetitif. ”Pada dasarnya, yang paling penting adalah ketersediaan cash. Saya harap prosesnya bisa cepat karena situasi hari demi hari sangat kritis.”
Rencananya, dana talangan dicairkan secara bertahap.