Jawa Pos

Ramai-Ramai Kritik Cara Degradasi

Dianggap Tidak Hargai Pemain

-

JAKARTA, Jawa Pos – Aksi Tontowi Ahmad mengkritik status magang yang disematkan pelatnas PBSI terhadap dirinya menimbulka­n reaksi. Para mantan penghuni Cipayung angkat suara. Salah satunya Sony Dwi Kuncoro. Peraih perunggu Olimpiade Athena 2004 itu menyebut, apa yang menimpa Owi −sapaan Tontowi− juga dirasakan hampir setiap atlet.

Dalam sebuah unggahan di Instagram, pria kelahiran Surabaya itu menceritak­an pengalaman­nya pada 2014. Saat itu, dia meninggalk­an pelatnas dengan cara yang menurutnya kurang dihargai. Padahal, saat itu, dia masih berada di peringkat ke-15 dunia. Masih kompetitif. Parahnya lagi, Sony mendapat kabar degradasi dari surat kabar!

Sony menanyakan surat keluar agar mendapat kepastian. Hanya, kekecewaan kembali didapat. Surat keluar diberikan oleh karyawan, bukan pengurus PBSI. Ketika dikonfirma­si Jawa Pos, Sony tak mau membeberka­n secara detail. ’’Saya pikir sudah cukup itu (di Instagram saja). Karena pasti pemain dan pengurus paham,’’ balasnya dalam pesan singkat, disertai emoji tertawa.

Sony berharap PBSI menemukan cara yang lebih baik untuk mendegrada­si atlet. Bagaimanap­un, mereka adalah pahlawan di berbagai event internasio­nal. Sejauh yang dia tahu, tidak ada mantan atlet pelatnas yang keluar dengan baik-baik. ’’Kebiasaan ini harus diubah oleh siapa pun pengurusny­a, jangan sampai turun-temurun,’’ ketus dia.

Hal senada disampaika­n Ricky Karanda Suwardi. Pemain ganda putra dan campuran itu menuturkan sangat bersyukur bisa masuk pelatnas Cipayung dalam rentang waktu 2010 hingga 2018. ’’Saya bangga bisa menjadi bagian PBSI yang membela Indonesia,’’ ujar pemain yang pernah menembus peringkat ke-7 dunia bersama Angga Pratama tersebut. Namun, Ricky menyaranka­n agar PBSI lebih menghargai atlet. Khususnya saat tiba saatnya memberlaku­kan degradasi. ’’Hargai atlet yang sudah mengorbank­an waktu jauh dari keluarga, pendidikan, dan sebagainya. Mereka harus lebih bijaksana,’’ harap pemain 28 tahun itu.

Mantan pasangan Debby Susanto itu menuturkan, ketika didegradas­i akhir tahun lalu, sampai saat ini surat terkait keluar dari pelatnas tidak sampai kepada dirinya. ’’Harusnya ada ya. Mungkin di klub (suratnya). Tapi, pihak klub juga nggak ada pembicaraa­n. Saya tahunya malah lewat media sosial aja,’’ papar juara Singapore Open 2015 itu.

Masukan yang dilancarka­n para mantan atlet diterima dengan tangan terbuka oleh PBSI. Sekjen PBSI Achmad Budiharto menyatakan, suara mereka bakal menjadi evaluasi bagi binpres. ’’Surat pemanggila­n dan pemulangan itu kami tujukan ke pengprov masing-masing atlet. Jadi, mungkin harus ditambah ke atletnya juga ya,’’ katanya.

Ketua Pengprov PBSI Jawa Timur Oei Wijanarko Adi Mulya menuturkan, seharusnya pelatih sudah tahu siapa saja yang akan didegradas­i. Sewajarnya, hal itu disampaika­n kepada atlet. Sebab, toh merekalah yang akan melaporkan situasinya kepada binpres. Nanti Sekjen mengeluark­an surat yang ditembuska­n ke berbagai instansi.

’’Setahu saya sih anaknya (pemain, Red) pasti sudah tahu (kalau didegradas­i) sebelum surat keluar. Tapi, coba tanyakan ke Sekjen yang lebih berwenang,’’ ujar Wijar, sapaannya.

Hal itu dibenarkan Kabid Binpres PP PBSI Susy Susanti. Sebelum memublikas­ikan nama-nama pemain yang didegradas­i, pelatih tentu menyampaik­annya kepada pemain. Degradasi pun memiliki dasar. Misalnya, prestasi terakhir hingga target ke depan. Meski usia masih produktif, jika sulit berkembang, dia harus meninggalk­an pelatnas.

Kembali soal Owi, Susy menjelaska­n bahwa pihaknya memberikan status magang hanya karena dia tidak punya pasangan tetap. Dia mendapatka­n kesempatan empat kali turnamen. ’’Jika hasilnya positif, akan ada reward berupa tryout ekstra. Hal ini juga berlaku bagi semua atlet pelatnas. Kami tidak mengabaika­n atlet magang,’’ jelas Susy.

 ?? PP PBSI FOR JAWA POS ?? PENGALAMAN SAMA: Ricky Karanda Suwardi mengaku belum menerima surat keluar dari PP PBSI setelah didegradas­i.
PP PBSI FOR JAWA POS PENGALAMAN SAMA: Ricky Karanda Suwardi mengaku belum menerima surat keluar dari PP PBSI setelah didegradas­i.
 ?? ALLEX QOMARULLA/JAWA POS ?? KECEWA: Sony Dwi Kuncoro tampil di Indonesia Masters super 100 di Malang (1/10/2019). Pada 2014, dia mengetahui dirinya didegradas­i dari pelatnas setelah membaca surat kabar.
ALLEX QOMARULLA/JAWA POS KECEWA: Sony Dwi Kuncoro tampil di Indonesia Masters super 100 di Malang (1/10/2019). Pada 2014, dia mengetahui dirinya didegradas­i dari pelatnas setelah membaca surat kabar.
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia