Satu Lagi Klaster Pasar Terdeteksi
Di-Rapid Test, 86 Pedagang Reaktif
SURABAYA, Jawa Pos – Ada alasan kuat yang membuat Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Jatim menyiapkan kebijakan pembatasan aktivitas di pasar-pasar tradisional.
Perkembangan persebaran virus korona di sejumlah daerah ditengarai tidak terlepas dari aktivitas di pasar yang masih cukup longgar. Contoh terbaru terjadi di Kabupaten Bojonegoro.
Saat ini tim GTPP Covid-19 tengah disibukkan untuk menelusuri lonjakan potensi persebaran virus korona yang berasal dari salah satu pasar di kabupaten tersebut.
Bahkan, kabar terakhir, GTPP Covid-19 Jatim sudah menginstruksikan agar pasar itu ditutup sementara. ”Itu dilakukan agar tim tracing bisa maksimal,” kata Ketua GTPP Covid-19 Jatim Khofifah Indar Parawansa kemarin.
Lantas, bagaimana awal mula kasus itu? Ketua Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Rumpun Tracing dr Kohar Hari Santoso menceritakan hasil penelusuran kasus di pasar di kabupaten itu. Tepatnya di Pasar Kota. Awalnya berasal dari seorang pedagang sayur. ”Dia sering berkeliling ke pasar,’’ katanya.
Pedagang tersebut tiba-tiba sakit. Dia menjalani rapid test dan hasilnya reaktif. Selanjutnya, pedagang itu di-swab test. Tapi, saat hasilnya belum keluar, yang bersangkutan meninggal.
Tidak lama, ada pedagang lain yang pernah berinteraksi dengan orang itu juga sakit. Setelah dites, hasilnya sama. Tim tracing tingkat kabupaten lantas menelusuri 269 pedagang lainnya di pasar tersebut. Semua di-rapid test. Hasilnya, 86 reaktif. ’’Mereka (kini, Red) menjalani isolasi,’’ imbuhnya.
Dokter Kohar memerinci, 86 orang itu terdiri atas 11 warga Tuban dan 75 warga Bojonegoro. Mereka sedang diusulkan ikut swab test. Alat tes segera dikirim ke Bojonegoro. Selanjutnya, dibawa ke RSSA Malang untuk di-PCR. ’’Kami harap segera ada kepastian, positif korona atau tidak,’’ ucapnya.
Temuan itu menambah panjang daftar potensi klaster baru persebaran virus korona yang berasal dari pasar. Sebelumnya, temuan nyaris sama terjadi di Kabupaten Malang. Tepatnya di Kecamatan Pujon. Persebaran virus berasal dari seorang pedagang yang sering melakukan perjalanan Surabaya− Malang PP. Sejauh ini, lebih dari 40 orang harus menjalani swab test.