62 Ribu Ton Bawang Siap Masuk
Dari Tiongkok meski Ada Virus Korona
JAKARTA, Jawa Pos – Harga komoditas bawang putih mencatat fluktuasi yang cukup tajam dalam beberapa waktu terakhir. Hal itu disebabkan pasokan bawang putih yang menipis akibat adanya kepanikan karena wabah virus korona. Alhasil, kini Kementerian Perdagangan menerbitkan surat perizinan impor (SPI) untuk komoditas bawang putih sebanyak 62 ribu ton.
Sekretaris Jenderal Kemendag Oke Nurwan mengaku telah menerima rekomendasi impor produk hortikultura (RIPH) untuk komoditas bawang putih sebanyak 103 ribu ton. Namun, Kemendag baru akan memberikan izin impor untuk sekitar 60 persen kuota yang diajukan Kementerian Pertanian.
’’Sudah ini kita proses, yang baru masuk yang dalam proses itu sekitar 62 ribu (ton) dan akan segera terbit,’’ ujarnya kemarin (13/2). Namun, Oke belum bisa mengungkapkan dibagikan ke perusahaan importer mana saja 62 ribu ton kuota bawang putih yang telah disetujui itu. Dia hanya memastikan bahwa bawang impor tersebut segera masuk ke dalam negeri.
Oke menyebut, sisa kuota sebanyak 40 persen belum disetujui Kemendag karena persyaratan untuk mendapatkan surat persetujuan impor bawang putih belum dilengkapi seluruhnya oleh para calon importer. ’’Jadi, bergantung merekanya, begitu lengkap kan 103 ribu (ton) ada persyaratan yang harus dipenuhi,’’ imbuhnya.
Negara tujuan impor bawang putih memang Tiongkok. Impor hortikultura tetap bisa dilaksanakan meski saat ini ada virus korona yang mewabah di Negeri Panda tersebut. Oke mengatakan, harga bawang putih memang mulai stabil setelah sempat melonjak hingga
Rp 60 ribu per kg. Guna mengatasi lonjakan harga itu, dia meminta para importer yang masih memiliki ketersediaan di gudang untuk menggelontorkan ke pasar.
Sementara itu, di tengah mahalnya harga bawang putih impor, Jawa Timur terus berupaya menggenjot produksi lokal. Pada 2019, Jatim mampu menghasilkan 6.953 ton bawang putih. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur Hadi Sulistyo menyatakan, berdasar estimasi konsumsi di Jatim yang mencapai 62.880 ton, masih terjadi defisit 55.927 ton. Dengan perkiraan defisit yang sebesar itu, dibutuhkan luas tanam untuk pertanaman bawang putih 9.321 hektare. Pada 2019, luas tanam bawang putih sebesar 1.404 hektare, sedangkan luas panen 1.273 hektare.
’’Pada tahun ini, sasaran produksi bawang putih sebesar 8.211 ton,’’ tuturnya kemarin (13/2). Sasaran itu berdasar perhitungan luas panen 1.173 hektare. Kalau sasaran tersebut tercapai, defisit bisa ditekan menjadi 54.669 ton.
Menurut dia, upaya untuk meningkatkan produksi sendiri terkendala berbagai hal. Salah satunya dari sisi produktivitas. Produktivitas yang dicapai tidak optimal karena bawang putih merupakan tanaman subtropis. ’’Sehingga memerlukan kondisi agroklimat khusus dan jadwal tanam yang tepat,’’ jelasnya.
Meski demikian, peningkatan produksi bawang putih lokal terus dilakukan. Yakni, dengan melakukan perluasan area tanam bawang putih di beberapa daerah dengan total luasan 645 hektare. Mencakup Banyuwangi 170 hektare, Malang 250 hektare, Probolinggo 75 hektare, Batu 50 hektare, dan Bondowoso 1.000 hektare dengan menggunakan dana APBN. Sedangkan yang menggunakan APBD adalah Probolinggo seluas 1 hektare.