Bikin Target Sehari Harus Bisa Menulis Satu Halaman
Di tengah kesibukan menjadi polisi nomor satu di Surabaya, Sandi Nugroho mampu menyelesaikan kuliah S-3-nya. Tidak hanya selesai, dia juga berhasil menyandang predikat cum laude.
Jawa Pos
GRAHA Bhara Daksa Polrestabes Surabaya penuh sesak oleh personel kemarin pagi. Mulai yang berpangkat bintara sampai perwira. Mereka berkumpul untuk merayakan keberhasilan pimpinannya di bidang akademis dua hari sebelumnya.
Sandi yang punya gawe pun berbaur di tengahnya. Dia ingin jajarannya ikut merasakan kebahagiaan yang tengah meliputinya. ”Meskipun sederhana, ini bermakna,” ujarnya setelah acara tasyakuran tersebut. Ya, dia tidak ingin acaranya terlalu meriah. Sandi hanya berharap semua personel bisa bersukacita atas gelar doktor yang baru saja diperolehnya.
Pria kelahiran 1973 itu menyelesaikan studinya sekitar dua tahun. Sandi menjalani proses tersebut sejak 2017. Beberapa bulan setelah dipercaya menduduki jabatan Kapolrestabes Medan. Dia menjatuhkan pilihan ke Universitas Sumatera Utara (USU).
Menurut dia, niat untuk melanjutkan pendidikan formal itu mulai tebersit di pikirannya tidak lama setelah pindah tugas ke Medan. Sandi melihat adanya peluang ketika berkunjung ke USU. Dia berjumpa dengan sejumlah kenalan lamanya yang menjadi akademisi.
Mereka, kata dia, menyarankan untuk melanjutkan jenjang pendidikan. Sandi pun mengomunikasikan saran tersebut kepada keluarga dan pimpinan. Nah, respons yang didapat ternyata cukup hangat. Mereka semua mendukung. ”Dukungan itulah yang membuat hati saya semakin mantap,” ucap perwira dengan tiga melati di pundak tersebut.
Sandi merasa sangat lega telah melalui jenjang pendidikan tingkat akhir itu. Sebab, prosesnya diakui tidak berjalan mudah. Dia harus pintar membagi waktu antara tugas utama sebagai polisi dan masa kuliah. ”Banyak bersyukur karena Yang Mahakuasa pada kenyataannya juga memberi izin dengan segala bentuk yang tidak terduga,” kata ayah empat anak itu.
Dia mengambil contoh toleransi dosennya yang sangat tinggi. Pada November 2017, dia mendapat tanggung jawab baru. Menjadi analis kebijakan madya bidang pidana ekonomi khusus Bareskrim Polri. Artinya, kantornya juga pindah. Dari Medan ke Jakarta.
Jarak dengan kampus menjadi kendala. Sandi tidak bisa rutin ke kampus untuk mengikuti jadwal kuliah seperti sebelumnya. Dia hanya bisa satu sampai dua kali dalam sebulan. Namun, dosen kuliah bisa maklum dengan tugas baru yang diembannya. Dia mendapat dispensasi. Sandi bisa menggantinya dengan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Begitu pula ketika menjabat Kapolrestabes Surabaya. Dia harus pintar-pintar membagi waktu agar semua tugasnya bisa diselesaikan dengan baik. Termasuk menyelesaikan disertasi.
Sandi mengangkat isu korporasi pada disertasinya. Dia memberi judul disertasinya, Standar Pertanggungjawaban Pemegang Saham Bank Berdasarkan Piercing the Corporate Veil di Indonesia. ”Isunya saya kira cukup berkaitan dalam tatanan kemasyarakatan,” ungkapnya.
Pemilihan isu itu dilatarbelakangi pengalaman tugasnya yang banyak dihabiskan di bidang reserse kriminal. Dia merasa penegakan hukum pada perkara yang melibatkan sebuah perusahaan atau bidang hukum jarang menyentuh pemegang saham. Sandi menyebutkan, kebanyakan hanya berfokus pada direktur atau komisaris.
Menurut dia, mereka memang pimpinan tertinggi dalam sebuah perusahaan berdasar tangga struktural. Namun, jika dirunut lebih jauh, sebenarnya ada pihak yang lebih tinggi. Yakni, pemegang saham. Mereka selama ini kerap terlupakan dalam sebuah penindakan. ”Untuk menelusurinya, bisa menggunakan teori piercing the corporate veil,” paparnya.
Sandi menyatakan, proses penyusunan disertasinya berjalan mengalir. Dia hanya selalu berusaha meluangkan waktu di selasela kesibukan tugas. Dalam sehari, targetnya paling tidak bisa menghasilkan satu halaman. Jika tidak sempat menambah, dia bakal berusaha menggantinya di kemudian hari. ”Alhamdulillah, hasilnya memuaskan,” katanya.
Dia tidak menyangka bakal mendapat predikat cum laude. Sandi menyebut tidak ada persiapan khusus untuk menghadapi sidang terakhir disertasi. Perwira yang pernah menjadi Kapolres Bandung itu percaya bimbingan dosen yang dilaluinya lebih dari cukup. ”Berdoa agar bisa memberikan paparan yang terbaik saja persiapannya,” tuturnya.
Pria asal Salatiga tersebut berharap gelar barunya bisa bermanfaat. Bukan hanya bagi diri sendiri. Melainkan juga untuk masyarakat.