Dua hingga Tiga Bulan Sekali Bisa Memanen Ikan
Pemandangan berbeda ada di selokan depan setiap rumah di Kampung Naringgul. Airnya jernih dengan ratusan ikan di dalamnya. Tiga tahun lalu kondisinya jauh berbeda. Air nyaris tak tampak karena tertumpuk sampah.
DARI ujung gang Kampung Naringgul Ciasin, Desa Bendungan, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, terlihat Irfah Satiri melemparkan sesuatu ke selokan depan rumahnya. Beberapa detik kemudian, suara air yang seperti ditepuk benda keras terdengar. Berisik. Lalu, puluhan kepala ikan muncul ke permukaan. ”Ini makanan untuk ikan-ikan. Selokan ini nyambung dari anak Sungai Ciliwung,” kata Irfah saat ditemui pada 18 Agustus lalu.
Pemandangan selokan air depan rumah tidak seperti yang ada di permukiman pada umumnya. Yang mampet, beraroma tidak sedap, dan penuh sampah. Selokan Desa Bendungan jauh dari kesan itu. Bersih. Arusnya juga mengalir stabil.
Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan tiga tahun lalu. Sampah plastik dari kemasan bekas makanan dan minuman serta diaper menumpuk. Tak ada ikan seperti saat ini. Saat benih ikan dilepas, mungkin langsung mati karena air dipenuhi sampah.
Saat itu, ungkap Irfah, papan larangan membuang sampah tidak efektif lagi. ”Kami sudah memasang banyak papan juga. Sampah tetap saja dibuang di selokan. Butuh semacam edukasi kepedulian lingkungan dengan cara halus,” bebernya
Gagasan Irfah untuk menyebar benih ikan terinspirasi dari masa kecilnya. Ayah tiga anak tersebut tinggal di Desa Bendungan selama 51 tahun. ”Dulu, saat SMA sekitar tahun ’80-an, di anak Kali Ciliwung itu masih ada ikan hingga udang. Bisa diambil langsung, kemudian dimasak,” kenangnya.
Tahun berganti, kondisi anak Sungai Ciliwung makin memprihatinkan. Kondisi anak Sungai Ciliwung berdampak terhadap selokan di depan rumah warga. Pada September 2016 perubahan dimulai. Irfah bersama warga Desa Bendungan berbenah.
Anak Sungai Ciliwung dibereskan. Semua warga turun membersihkan. Seharian bergelut dengan kondisi air anak sungai dari sungai terpanjang yang membentang hingga Jakarta itu. Panjang aliran air dari Sungai Ciliwung mencapai 120 km. Ada empat wilayah yang disapa Sungai Ciliwung, yakni Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, dan Jakarta.
Sampah berhasil diangkut dengan berat sekitar 750 kg. Dari jenis sampah plastik hingga nonplastik. Kemudian, tanah yang bersedimen hingga 50 cm juga diambil. Pertanyaan yang muncul berikutnya: bagaimana menjaga kondisi anak Sungai Ciliwung dan selokan depan rumah yang mendapat aliran air dari anak Sungai Ciliwung? ”Penyebaran benih ikan jawabannya,” tuturnya.
Menurut Irfah, penyebaran benih ikan akan menekan rasa tidak bertanggung jawab dari orang yang membuang sampah sembarangan. Awalnya luas selokan yang disebar benih ikan hanya 30 meter persegi. Waktu berjalan dengan cepat. Tiga bulan kemudian, luas selokan bertambah menjadi 300 meter persegi. Menurut Irfah, evaluasi program penyebaran benih ikan untuk menekan angka pembuangan sampah sembarangan berhasil.
Jenis benih ikan yang disebar beragam. Ada ikan emas dan nila. Di Desa Bendungan ada 40 kepala keluarga. Setiap kepala keluarga memiliki lapak di dalam selokan yang berisi ikan nila hingga emas. Ukurannya 2–3 meter.
Lokasi lapak tidak tentu berada di depan rumah. Setiap lapak disekat bambu. Sehingga ikan-ikan tidak akan kabur ke lapak milik orang lain. ”Sejatinya tak ada penentuan lokasi lapak. Bergantung lokasi rumah. Misalnya, di depan rumah orang A ternyata tidak ada selokan. Itu nanti ditentukan rembukan bersama warga lain,” jelas Irfah.
Pemilik lapak berkewajiban merawat dan memberi makan ikan-ikan. Stok makanan menjadi tanggung jawab pribadi masingmasing. Bukan kolektif. Kini tak perlu papan larangan membuang sampah di selokan. Warga sudah sadar dengan sendirinya untuk menjaga saluran.
Tahun lalu, saat musim hujan tiba, masyarakat sempat dikhawatirkan ikan-ikan akan kabur. Untuk mencegahnya, Irfah dan warga membangun sistem buka tutup di bendungan desa. ”Kalau hujan gede, pintu bendungan ditutup. Jadi, arus air selokan depan rumah nggak terlalu besar,” jelasnya.
Warga desa tidak menerapkan jam khusus untuk memantau kondisi setiap lapak. Namun, semua berjalan dengan lancar. Rasa menjaga dan merawat tumbuh di pribadi masingmasing. ”Jadwal membersihkan tidak ada. Tapi, orang-orang di sini, kalau ada sampah, langsung diambil. Dengan sendirinya, tidak pakai disuruh,” ucap Irfah.
Setiap pemilik lapak juga diberi kebebasan untuk menjual ikan-ikannya. Koperasi Ecovillage Bendungan Asri Ramah Berbudaya Lingkungan (Baraya) menerima ikan yang dipanen warga. ”Kadang dua hingga tiga bulan waktu panennya,” kata Irmansyah yang bertugas sebagai koordinator Baraya.
Irmansyah menyebutkan, ekonomi masyarakat desa juga terjaga. Masyarakat desa bisa memandirikan ekonomi masing-masing. ”Kadang ada yang jual ikan nila atau emas juga sih,” imbuhnya.
Inovasi kecil berdampak besar. Tindakan sederhana, tapi memberikan manfaat positif. Begitu Kampung Naringgul, Desa Bendungan, hidup. Banyak wilayah di luar Kabupaten Bogor yang berkunjung. Hanya untuk mempelajari bagaimana menjaga lingkungan sekaligus menyalakan perekonomian desa.