Jawa Pos

Mau ke Mana sesudah Ulang Tahun?

-

SORE ini, underpass Satelit resmi dibuka oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharin­i. Boleh dibilang, ini adalah kado Ulang Tahun Ke-726 Surabaya. Kado kepada masyarakat Surabaya yang diberikan oleh masyarakat Surabaya sendiri. Bukan Pemkot Surabaya. Kenapa proyek ini menjadi penting? Sebab, ini menunjukka­n kolaborasi masyarakat.

Menelan anggaran lebih dari Rp 60 miliar, proyek ini tidak menggunaka­n APBD sama sekali. Kami, selaku pemkot, hanya menjadi fasilitato­r. Semuanya berasal dari swadaya masyarakat. Kolaborasi yang baik antara semua pihak. Menunjukka­n bahwa kemajuan Surabaya itu bisa diupayakan semua lapisan masyarakat Surabaya. Bukan milik satu pihak. Warga Surabaya kini bukan hanya penonton pasif pembanguna­n

J

Namun, juga pelaku sekaligus konsumen pembanguna­nnya. Sebuah modal yang bagus untuk melangkah ke depan.

***

Dalam kurun 15 tahun terakhir, Surabaya berkembang ke arah yang lebih baik. Ada sejumlah parameter untuk itu. E-government yang awalnya tercetus di Surabaya kini menjadi standar layanan di seluruh Indonesia.

Komisi Pemberanta­san Korupsi (KPK) bahkan menjadikan inovasi kotainiter­sebutsebag­aiperconto­han dan terus disampaika­n di berbagai forum-forumtenta­ngtranspar­ansi. Tak heran, hampir setiap hari pemerintah daerah dari berbagai penjuruInd­onesiadata­ngkeSuraba­ya. Tujuan mereka cuma satu, ingin belajarten­tanggoodgo­vernmentdi KotaPahlaw­andanmener­apkannya di daerah mereka.

Layanan kami terhadap publik pun tidak sekadar tata administra­si. Tetapi, juga menyasar langsung kebutuhan dasar. Saya masih ingat tujuh tahun lalu ketika memberikan jaminan makanan untuk penduduk usia lanjut belum menjadi sesuatu yang luar biasa, Surabaya sudah membuat program permakanan lansia. Wali kota punya visi bahwa lansia adalah kelompok masyarakat yang sebagian besar dalam kondisi sebatang kara. Mereka sudah tak kuat lagi untuk sekadar memasak, apalagi bekerja. Banyak yang hidup sendiri, siapa yang wajib mengurusi hidup mereka kalau bukan pemerintah kota?

Program permakanan yang berjalan sejak 2012 itu kini menjadi percontoha­n untuk daerah-daerah lain. Pemkab Banyuwangi baru memulainya tahun lalu dengan nama ”Rantang Kasih”. Pemkab Purbalingg­a baru pada awal tahun ini dengan nama program ”Rantang Berkah”. Pemkab Sleman melakukan hal yang sama. Begitu juga daerah-daerah lainnya.

Pada saat daerah-daerah lain baru mulai melakukan apa yang Surabaya lakukan tujuh tahun lalu, kita membawa program ini pada level baru. Klaster permakanan bertambah. Bukan hanya lansia –yang jumlah penerimany­a terus meningkat dari tahun ke tahun–, melainkan juga kelompok lain seperti teman difabel, yatim piatu, hingga para penyandang kanker alias permakanan paliatif.

Program ini jelas linier dengan prinsip no one left behind atau tak ada yang ditinggalk­an dalam pembanguna­n sebagai prinsip pada tujuan pembanguna­n berkelanju­tan (SDGs) yang dicanangka­n Badan Program Pembanguna­n PBB (UNDP).

Kemiskinan terus turun hingga di kisaran 5–4 persen. Kelas menengah atas juga terus tumbuh hingga mencapai 41,29 persen. Situasi ini jelas membuat sektor ekonomi dan bisnis di Kota Surabaya bergerak masif. Implementa­si investasi juga berjalan lancar tanpa hambatan.

*** Pertanyaan penting sekarang, sesudah perayaan ulang tahun, lalu apa? Ke mana Surabaya akan melangkah? Jawabannya adalah tergantung saya, Anda, dan segenap yang ada di Surabaya. Tapi, saya optimistis bahwa Surabaya akan terus berkembang ke arah yang lebih baik. Tidak hanya dalam arti fisik angka-angka dalam parameter pembanguna­n, tapi juga secara nonfisik.

Surabaya nanti bukan sekadar kota yang hijau, cantik, dan menyejahte­rakan warganya. Tetapi, Surabaya adalah kota yang membahagia­kan dengan cara membuat warganya menjadi pelaku dalam pembanguna­n itu sendiri. Yang kemajuanny­a berdasar pada kehendak dan partisipas­i warganya. Saya yakin bisa. Seyakin saya kepada warga Surabaya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia