Millennial Job Center Jawab Tantangan Gig Economy
SALAH satu tren yang muncul akibat pesatnya perkembangan di era industri 4.0 adalah gig economy. Saat ini semakin banyak perusahaan membutuhkan tenaga kerja sementara secara cepat. Mereka biasanya digunakan dalam proyek-proyek jangka pendek tanpa ikatan layaknya karyawan konvensional. Para pelakunya disebut gig workers.
Tantangan itu dijawab Pemprov Jatim dengan meluncurkan Millennial Job Center (MJC). Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak menuturkan bahwa MJC tidak berbentuk realitas fisik bangunan.
”Konsepsinya seperti segitiga virtual yang ketika tiga titik (dunia industri, mentor, dan talent, red) ketemu dan berkerjasama, maka jadi. Namun, desk untuk informasi, co working space tetap disiapkan di EJSC,” ujar Emil saat memberikan sambutan dalam launching MJC, EJSC, dan Big Data Initiative.
Menurut Emil, konsep MJC yang dikembangkan itu mempertemukan mereka yang ingin berprofesi tetapi bingung cari kerja dan tidak ada lowongan. MJC juga cocok bagi mereka yang ingin mencari klien, namun belum memiliki jam terbang. Sementara di sisi lain, terdapat klien dari perusahaan besar maupun kecil yang ingin mencari tenaga freelance dengan cepat.
Mudahnya, MJC melakukan melakukan perjodohan talent dan klien. Talent yang tidak punya pengalaman akan dibantu mentor agar dapat on the job learning. Kehadiran MJC juga menjadi solusi permasalahan segitiga konsepsi. Misalnya, tersedia mentor dan talent, namun tidak ada klien. Sehingga tidak ada pengalaman kerja. Atau, ada talent dan klien, tapi tidak ada mentor.
MJC juga dapat menjadi jawaban atas persoalan anak muda yang relatif tidak suka berwirausaha. Kurang dari 25 persen dari kelompok usia 20–24 tahun yang berwirausaha. Sementara untuk lulusan SMA, kurang dari 30 persen yang setelah lulus melakukan kegiatan usaha. Permasalahan itu ditambah bahwa 9,6 juta lulusan SD ke bawah dan 2,27 juta millennial hanya berpendidikan SD ke bawah.
Langkah-langkah inovatif tersebut diharapkan Emil dapat menjawab tantangan revolusi industri 4.0. Sehingga Jatim dapat terus menjadi lokomotif ekonomi nasional.