Diretas, Tiga Hari Situs KPU Tak Bisa Diakses
SUDAH tiga hari laman milik KPU diretas. Hingga tadi malam (7/2), situs infopemilu.kpu.go.id yang berisi informasi seputar pilkada dan pemilu, termasuk hasil sementara hitung cepat, dibajak orang tak bertanggung jawab
Lembaga yang berwenang menyelenggarakan pesta demokrasi itu belum bisa memastikan kapan situs tersebut normal kembali.
Pada laman itu hanya ada tulisan: ”Untuk meningkatkan kualitas pelayanan informasi hasil pemilihan, untuk sementara layanan ini kami tidak aktifkan.” Selebihnya, tidak ada informasi lain. Padahal, informasi dalam situs tersebut sangat penting karena publik bisa mengetahui real count hasil pilkada.
Komisioner KPU Viryan Aziz membenarkan informasi bahwa situs KPU diretas. Namun, kata dia, serangan hacker bisa ditangani tim teknologi informasi (TI) KPU. Saat ini pihaknya masih melakukan pembenahan internal sehingga layanan informasi akan semakin baik. Menurut dia, kualitas keamanan sistem TI sedang ditingkatkan. ”Kan perlu proses. Tim IT sedang bekerja,” beber dia. Dengan peningkatan sistem keamanan, situs tersebut tidak gampang diretas lagi.
Viryan menegaskan, meski diretas, tidak ada data yang hilang. Semua data pikada masih aman. Namun, dia belum bisa memastikan kapan situs tersebut dapat diakses lagi. Viryan tidak bisa berjanji karena pembenahan sistem butuh waktu. ”Kami tidak bisa janji. Ya, secepatnya,” tutur dia. Timnya masih terus bekerja menyempurnakan dan menguatkan sistem keamanan.
Komisionar KPU Pramono Ubaid menambahkan, masalah sistem TI atau sistem informasi penghitungan suara (situng) tidak akan memengaruhi hasil pilkada. Sebab, hasil resmi yang menjadi rujukan bukan yang ditayangkan di situng, melainkan hasil rekap manual.
Pejabat asal Jawa Tengah itu menerangkan, situng hanya digunakan untuk memberikan informasi kepada masyarakat berupa real count yang merujuk formulir C1. Situng juga merupakan bentuk transparansi. ”Semua orang bisa mengaksesnya. Jika ada yang tidak sesuai, masyarakat bisa mengetahuinya. Kerja panitia penyelenggara pilkada pun selalu dipantau,” tuturnya.
Klaim KPU bahwa data aman itu ternyata berbeda dengan yang terjadi di KPU daerah. KPU-KPU di berbagai provinsi dan kabupaten/kota akhirnya harus mengirim ulang data real count pilkada di daerah masing-masing. Padahal, seharusnya publik sudah bisa mengetahui hasil pilkada dalam waktu dua hari dengan menggunakan data yang diunggah website tersebut.
KPU Jatim salah satu yang terimbas. Posisi terakhir sebelum sistem KPU terganggu, suara yang masuk sudah 97 persen. ”Sekarang angkanya menjadi 94 persenan,” ungkap Komisioner KPU Jatim Choirul Anam saat ditemui di kantornya kemarin. Sebab, pihaknya harus mengirim ulang semua data yang telah diunggah.
Meski demikian, Anam memas- tikan bahwa proses unggah itu bakal selesai dengan cepat. ”Kami punya back-up data sebelum diretas, jadi tinggal dikirim lagi. Hari ini (kemarin, Red) bisa selesai,” lanjut mantan komisioner KPU Kota Surabaya tersebut.
Di luar itu, sejumlah komisioner sempat diteror nomor-nomor tak dikenal. Anam termasuk salah satunya. Pada hari H pemungutan suara, sepanjang hari berkali-kali ada telepon dan SMS yang masuk dari nomor dengan kode +1 atau AS. ”Akhirnya saya pakai fitur autoblocking.”
Pakar telematika Abimanyu Wahjoehidajat menuturkan, bila ada sistem keamanan internet yang diretas, perlu dilihat dari dua sisi. Peretas yang memang jago atau memang sistem tersebut tidak benar-benar canggih. ”Ibarat bola, kalau gol itu memang strikernya yang jago atau kipernya yang kurang jago nangkap bola,” tutur dia.
Abimanyu tidak ingin mengatakan bahwa sistem KPU kurang canggih. Tapi, dari informasi yang dia terima, KPU menerapkan sistem buka tutup untuk akses ke website KPU. Cara tersebut, menurut dia, juga bisa dimaknai dua hal. Bisa jadi saat tutup itu memang bukan karena benarbenar ditutup. Tapi karena imbas peretasan oleh hacker. ”Server tidak bisa menjawab itu bisa karena tiga hal. Tak bisa membaca akses masuk. Kedua, dia tak bisa menginformasikan data yang diminta atau ketiga, dianya sendiri down.”