Mainkan Lakon Kisah Budaya dan Legenda
Lomba Seni Pertunjukan PPST 2018
SURABAYA – Panggung teater Gedung Kesenian Cak Durasim Taman Budaya Jawa Timur (Jatim) begitu semarak kemarin (26/6). Ratusan bocah dari usia 7–12 tahun yang datang dari puluhan sekolah dasar se-Jatim berlomba-lomba menyuguhkan penampilan terbaik mereka. Seni pertunjukan yang menggabungkan teatrikal, tari, dan gamelan menjadi parade apik.
Event tahunan bertajuk Lomba Seni Pertunjukan Paguyuban Pemberdayaan dan Pengembangan Seni Tradisi (PPST) Jatim itu jadi panggung untuk anggota PPST unjuk gigi. Puluhan sanggar dan komunitas seni dari sekolah-sekolah SD di Jatim turut serta mengikuti kompetisi tersebut dengan antusias. Cerita-cerita yang dibawakan beragam. Mulai legenda dan kepercayaan di suatu daerah, warisan budaya, hingga tema kekinian yang jadi buah bibir.
Misalnya, lakon yang dibawakan anggota PPST dari SDN Kepatihan BWI dari Banyuwangi. Berjudul Jaranan, tarian dengan simbolis penari utama yang berperan sebagai barongan mewarnai seni pertunjukan mereka. Aneka properti teatrikal seperti pecut, celurit, dan topeng barong menjadi penguat ekspresi puluhan anak yang dikaruniai bakat seni peran itu.
Tak kalah menarik, dari Sumenep, juga ada PPST Sanggar Pastu SDN Pasongsongan 1 yang membawakan kisah To Kerbuy. Adegan-adegan dengan nyanyian khas anak-anak Madura saat bermain hingga babak ketika menggoda teman yang cantik dalam cerita itu terkesan jenaka. Misalnya, saat plot Raden Wijaya Kusuma merayu Dewi Sekartaji. Lenggok para penarinya pun kemayu bak puteri kerajaan.
Ditambah lagi, ada pemeran Kebo Lanangan dan pasukannya yang mengenakan tanduk. Anakanak itu berakting dengan totalitas. Mereka merangkak dan menggoyang-goyangkan kepala layaknya kerbau. Cerita perang antara Kebo Lanangan dan Raden Wijaya Kusuma tersebut berlangsung sengit. Begitu Kebo Lanangan kalah dan berubah jadi batu yang menyerupai kepala kerbau, Raden Wijaya Kusuma pun berpesan agar tempat itu diberi nama To Kerbuy. Artinya adalah Batu Kerbau.
Semarak perlombaan tersebut berlangsung dua hari sejak Senin (25/6). Lomba untuk jenjang usia 13–15 tahun digelar Senin. Total, hampir 50 sekolah yang berpartisipasi. Kepala UPT Laboratorium Pelatihan dan Pengembangan Seni Tradisi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Efie Widjajanti berharap perlombaan tersebut bisa jadi pelecut semangat untuk anak-anak terus mengasah bakat seni pertunjukan mereka.
’’Di sini bukan hanya lomba. Menang atau kalah itu jadi pembelajaran saja. Terpenting ya supaya mereka merasa ada wadah berkarya dan berekspresi,” katanya.