Jawa Pos

Susah Mengontrol Kebersihan

Jaga si Kecil Tetap Fit Selama Lebaran

-

Selama Lebaran, banyak waktu yang tersita untuk silaturahm­i maupun perjalanan dengan kendaraan. Kegiatan padat itu jelas memengaruh­i kondisi fisik si kecil. Mereka rentan sakit.

raya adalah momen sekali setahun yang ditunggu. Tidak sedikit anak-anak yang menanti kedatangan­nya. Meski demikian, orang tua perlu waspada. Sebab, selama Lebaran, anak rentan sakit. ”Jadwal Lebaran padat, makan lebih ’longgar’ daripada biasanya. Jadi, kondisi anak bisa drop,” ungkap dr Dini Adityarini SpA.

Menurut dia, penyakit si kecil terbilang bisa ditebak. Namun, yang paling sering dialami adalah diare. Penyakit tersebut biasa muncul lantaran kebersihan yang kurang baik. ”Terutama karena banyak jadwal makan di luar rumah. Kebersihan­nya kita nggak tahu, eh, si kecil tiba-tiba sakit perut,” kata dokter spesialis anak RSIA Kendangsar­i, Surabaya, itu.

Pada anak-anak yang belum mulai makan, gangguan pencernaan tersebut juga rentan muncul. Pada usia 0–18 bulan, si kecil berada dalam fase oral. Mereka punya kebiasaan memasukkan benda ke mulut. ”Kalau di tempat umum atau bukan di rumah sendiri, susah mengontrol bersih tidaknya,” imbuh Dini. Akibatnya, diare pun muncul. Apalagi, kondisi tubuh anak sering turun karena kelelahan saat perjalanan atau banyak aktivitas.

Dokter yang juga konselor laktasi itu menambahka­n, selain diare, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) menjadi penyakit yang paling sering diidap. Terutama batuk. Pencetusny­a, tentu banyaknya makanan manis yang disajikan saat Lebaran. ”Khususnya es. Suhu es yang dingin sekali berbeda dengan suhu tubuh. Akibatnya, faring (tenggoroka­n) jadi sensitif,” ungkap Dini.

Hal itu ditegaskan dr Annie Kusumadewi SpA. Dokter yang berpraktik di RS Adi Husada Undaan itu menjelaska­n, batuk paling sering dipicu cuaca panas, debu, dan asap selama perjalanan. Meski demikian, orang tua tidak perlu khawatir. Sebab, batuk merupakan respons alami tubuh dan mekanisme perlindung­an dari benda asing.

Annie memaparkan, batuk wajar dialami anak. Biasanya, dalam setahun, anak bisa mengalami 6–7 kali batuk ringan. ”Yang perlu diwaspadai, kalau batuknya disertai sulit menelan, sesak, dan berdahak, segera konsultasi­kan kepada dokter,” saran alumnus FK Unair itu. Tujuannya, pengobatan bisa segera dilakukan. Anak pun tidak sampai kehilangan bobot karena batuk.

Dini maupun Annie menegaskan, mencegah lebih baik daripada mengobati. Agar kondisi tetap fit, sebaiknya hindarkan si kecil dari penyebab sakit. Misalnya, dengan membatasi konsumsi gorengan, es, atau makanan yang terlalu manis. ”Kalau anak sensitif pada makanan, misalnya batuk kalau makan kue A atau minum es, ya dilarang saja,” tegas Dini.

Sementara itu, Annie menyatakan, orang dewasa wajib sadar diri saat menemui para tamu cilik. Jika ada gejala sakit, sebaiknya tidak memaksakan diri ”menyayangn­yayang” si kecil. Pada dewasa mungkin gejalanya ringan. Tapi, pada anak, menurut dia, bisa parah. Dia mengingatk­an orang tua agar tidak merokok ketika berada di dekat anak-anak.

 ?? FOTO ILUSTRASI DIPERGAKAN: BELLA AMANDA DAN MUHAMMAD AZLAN AL RASYID - FOTO: ZAIM ARMIES/JAWA POS ?? BEKAL MEMADAI: Mengajak bayi menempuh perjalanan panjang membutuhka­n perbekalan khas anak-anak sesuai kebutuhann­ya.
FOTO ILUSTRASI DIPERGAKAN: BELLA AMANDA DAN MUHAMMAD AZLAN AL RASYID - FOTO: ZAIM ARMIES/JAWA POS BEKAL MEMADAI: Mengajak bayi menempuh perjalanan panjang membutuhka­n perbekalan khas anak-anak sesuai kebutuhann­ya.
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia