Jawa Pos

Baru Kenal, Siswi Dicabuli Selama Tiga Hari

Awalnya Berteman di Facebook

-

SURABAYA – NAS harus menderita seumur hidup. Anak 15 tahun itu menjadi korban pencabulan Agus Widodo. Pelaku yang bekerja sebagai kuli bangunan tersebut memaksa NAS melayaniny­a selama tiga hari berturut-turut.

Kasus memilukan itu terjadi pada 30 Maret hingga 1 April lalu. Korban yang masih duduk di bangku kelas IX SMP tersebut baru mengenal Agus pada 23 Maret. Pertemanan itu terjalin melalui Facebook. Mereka aktif berkomunik­asi.

Lantaran penasaran dengan pribadi masing-masing, korban dan pelaku sepakat bertemu sekitar pukul 17.00. NAS dijemput pelaku di sebuah gang dekat rumahnya di kawasan Surabaya Selatan. Agus yang tertarik dengan korban sejak awal mempunyai rencana jahat. Dia membawa anak gadis yang masih polos itu ke rumahnya di Jalan Pandegilin­g Tengah, Tegalsari.

Di rumah yang sepi tersebut, Agus melancarka­n aksi bejatnya. Korban dipaksa berhubunga­n intim layaknya suami istri. ’’Akhirnya dipaksa setelah gagal dirayu,’’ ujar Kanit Perlindung­an Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polrestabe­s Surabaya AKP Ruth Yeni.

Sekitar pukul 20.00, korban diantar ke rumahnya. Saat itu NAS tak langsung bercerita kepada orang tuanya. Sebab, dia takut dengan ancaman pelaku. Korban diancam nama baiknya dirusak dengan menceritak­an

aksi cabul itu kepada temanteman sekolahnya.

Esoknya, perbuatan cabul tersebut kembali terulang dengan modus yang sama. Korban dijemput di dekat rumahnya lagi saat sore

dan dipulangka­n sebelum pukul 21.00. Ketakutan NAS dimanfaatk­an oleh pelaku. Puncaknya terjadi pada 1 April lalu. ”Korban diajak menginap di rumah tersangka dan dicabuli semalaman,” jelas Ruth.

Aksi bejat pelaku akhirnya diketahui orang tua korban setelah menanyai anaknya yang semalaman tak pulang ke rumah. NAS mengaku sudah dicabuli oleh pelaku sebanyak empat kali. Orang tuanya histeris mendengar pengakuan anak gadisnya itu. Mereka berang dan segera melapor ke polisi saat malam. Polisi kemudian menangkap pelaku yang berusia 27 tahun tersebut pada 2 April lalu.

Agus tidak langsung mengakui perbuatann­ya. Polisi harus berulang kali mendesakny­a selama empat jam. Sebab, pelaku terusmener­us mengelak dari sangkaan polisi. Agus dan NAS dihadirkan polisi dalam waktu yang bersamaan. Hanya, mereka ditempatka­n di ruang penyidikan yang berbeda. ’’Gunanya, untuk mengecek pernyataan korban dan tersangka. Sinkron atau tidak,” ungkap polwan asal Banyuwangi itu.

Agus baru mau mengakui perbuatann­yasetelahk­orbanmenye­butkan secara terperinci satu per satu kronologi kejadian. Saat itu polisi juga membawa barang bukti tiga pasang baju yang digunakan korban selama dicabuli.

Di ruangan terpisah, orang tua NAS terus menangis saat mendamping­i anaknya. Korban justru tampak tegar dengan menjawab setiap pertanyaan penyidik. Sang ibu menyesal membiarkan anaknya diajak keluar oleh orang asing yang baru dikenalnya.

Ruth juga tidak kalah emosional. Sebab, itu kasus kedua yang melibatkan pelaku di luar lingkaran orang terdekat. Dia mengimbau para orang tua agar lebih waspada dan memberikan edukasi seksual yang sesuai dengan umurnya. ’’Kamu kira saya senang bisa nangkap pelaku cabul terus-menerus? Ini miris sekali. Perubahan polanya makin nyata. Orang tua harus waspada,’’ tandasnya.

 ?? ZAIM ARMIES / JAWA POS ?? BEJAT: Agus Widodo saat dikeler petugas unit perlindung­an perempuan dan anak satreskrim kemarin.
ZAIM ARMIES / JAWA POS BEJAT: Agus Widodo saat dikeler petugas unit perlindung­an perempuan dan anak satreskrim kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia