Kebocoran 86 Persen di Kembang Jepun
SURABAYA – Sepekan terakhir ini PDAM Surya Sembada berfokus mengusut dugaan kecurangan pencatatan meteran air PDAM. Dimulai dengan temuan hilangnya 53 persen air di Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) pada Senin (2/4), petugas kini menyisir kawasan sibuk lain.
Kemarin (7/4) mereka menemukan bahwa tingkat kehilangan air di subzona Kembang Jepun mencapai 86 persen per bulan. ”Boleh dibilang, rekor NRW
(non-revenue water) saat ini ada di Kembang Jepun,” jelas Direktur Pelayanan PDAM Surya Sembada Anizar Firmadi.
Temuan itu diketahui setelah PDAM membandingkan pemakaian air pelanggan dengan jumlah air yang dialirkan melalui d istri c t
mete ring area( D M A ). Hasilnya, hanya 14 persen penggunaan air yang tercatat
Karena itu, PDAM berencana memasang 117 DMA dari 300 lebih subzona. Alat-alat itu disebar kepada pelanggan premium dan kawasan elite yang menjadi sumber pendapatan PDAM. Di area itulah tingkat kebocoran air paling banyak sehingga pendapatan PDAM anjlok.
Ada hampir 1.000 pelanggan PDAM yang masuk subzona Kembang Jepun. Anizar telah menerjunkan petugas untuk mewawancarai para pelanggan. Dari situ diketahui, banyak meteran yang rusak, tertimbun, terendam, dan buram. Ada juga yang lebih memilih pakai air sumur.
Tarif air di kawasan pertokoan tersebut memang tinggi. Karena masuk klaster 4C, pelanggan harus membayar Rp 9.500 per meter kubik. Setelah pemakaian lebih dari 20 meter kubik, biayanya lebih murah, menjadi Rp 7.500 per meter kubik. Tarif itu termahal ketiga setelah industri dan pelabuhan.
Anizar belum bisa menyimpulkan apakah kehilangan air di Kembang Jepun disebabkan kecurangan atau faktor lain. Dia perlu mengganti meteran air pelanggan untuk mengetahui hal itu. Jika air yang bisa diselamatkan dari kebocoran besar setelah meteran diganti, mungkin kesalahan ada pada meter air atau pencatatan. Di situlah kecurangan sangat berpotensi terjadi.
Namun, bila meteran sudah diganti tapi angka kehilangan tetap tinggi, ada kemungkinan pipa bocor. ”Memang jaringan di sana sangat tua. Sejak zaman Belanda,” jelas alumnus Teknik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu.
Bagi dia, meteran air adalah jantung PDAM. Akan percuma bila produksi Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Ngagel dan Karang Pilang ditingkatkan tapi angka kebocoran ikut bertambah.