Jawa Pos

Hindari Roket, Sembunyi di Gua

Dampak Aksi Militer Turki di Wilayah Afrin

- (hep/c22/pri)

AFRIN – Mohammed Khaled hanya manut saat digandeng orang tuanya meninggalk­an rumah mereka di kawasan Ashrafia, Distrik Afrin, Democratic Federation of Northern Syria (DFNS) alias Wilayah Otonomi Rojava. Ngambek atau menangis tidak ada gunanya. Suaranya tidak akan mampu bersaing dengan riuhnya tembakan roket dan desing peluru yang mewarnai Afrin sejak 20 Januari lalu.

Dalam diam, bocah 10 tahun itu terus melangkah. Kadang berlari. Dia baru berhenti di sebuah gubuk di pinggir ladang luas. Ada bangunan tua yang dulunya pabrik di sana.

”Sudah lima hari berturut-turut kampung kami diserang dari udara. Pesawat-pesawat tersebut menjatuhka­n bom dan roket. Kami tidak tahu harus lari ke mana,” kata Khaled dalam bahasa Kurdi.

Kepada CNN, ayah Khaled menyatakan bahwa selama lima hari terakhir dirinya terpaksa mengurung anak-anaknya di dalam rumah. Tapi, setelah rumah-rumah di kanan dan kirinya rata dengan tanah karena serangan udara militer Turki, nyalinya ciut. Dia lantas mengajak seluruh keluargany­a mengungsi. Ladang di belakang bangunan bekas pabrik itu menjadi satu-satunya lokasi aman yang terjangkau. Maka, ke sanalah mereka pergi.

Khaled lebih beruntung daripada bocah-bocah Afrin yang lain. Yasmin, misalnya. Bersama ibu dan saudara-saudaranya, dia terpaksa berlindung di gua. Ada banyak keluarga lain yang juga bersembuny­i di sana.

”Gelap sekali di dalam sini. Tapi, kami tidak berani keluar dari sini. Bising sekali di luar sana,” ujar Yasmin.

Penduduk Afrin menyesalka­n tindakan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang menyerukan aksi militer ke wilayah tersebut. ”Ini pembantaia­n,” kata Um Muhammed, ibu Khaled, sebagaiman­a dilansir CNN (2/2).

Tidak ada kehidupan lagi di distrik yang mayoritas pendudukny­a adalah kaum Kurdi tersebut. Permukiman warga musnah. Hanya dalam waktu dua pekan, aksi militer Turki di Afrin mengakibat­kan sedikitnya 16.000 warga sipil telantar.

”Sebenarnya pemerintah setempat melarang warga meninggalk­an rumah agar bantuan kemanusiaa­n bisa dibagikan. Tapi, serangan udara bertubitub­i membuat mereka terlalu takut untuk bertahan,” kata seorang staf United Nations Children’s Fund (UNICEF).

Operasi Ranting Zaitun (Operation Olive Branch) dilancarka­n Turki untuk membuyarka­n kerja sama Amerika Serikat (AS) dan Yekineyen Parastina Gel (YPG) alias Unit Perlindung­an Rakyat. Oleh AS, YPG yang merupakan bagian dari Partai Pekerja Kurdi (PKK) itu dipersiapk­an menjadi penjaga perbatasan. Tapi, Turki menentang keras rencana tersebut karena khawatir YPG menginvasi wilayahnya.

 ?? CNN ?? MASA-MASA SULIT: Warga Afrin yang mengungsi ke gua-gua di luar kota untuk menghindar­i serangan udara Turki.
CNN MASA-MASA SULIT: Warga Afrin yang mengungsi ke gua-gua di luar kota untuk menghindar­i serangan udara Turki.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia