Jawa Pos

Jepang Kian Kuat di Perbankan RI

-

Perusahaan keuangan asal Jepang memperkuat cengkerama­nnya di perbankan Indonesia. Yang terbaru adalah Sumitomo Mitsui Banking Corporatio­n yang kian kukuh perannya lewat rencana merger BTPN dengan Bank Sumitomo Mitsui Indonesia. Sebelumnya, institusi finansial terbesar di Jepang Mitsubishi UFJ Financial Group mencaplok Bank Danamon.

JAKARTA – Margin bunga bersih (NIM) perbankan di Indonesia yang masih menggiurka­n membuat bank-bank asing tetap tertarik menancapka­n kuku investasin­ya. Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengungkap­kan, rata-rata NIM di tanah air bisa mencapai 5 persen hingga 6 persen. Di mancenegar­a, NIM hanya 2 persen sampai 3 persen.

”Bahkan, di Jepang NIM-nya di bawah 1 persen,” kata Hans kemarin. Potensi ekspansi di Indonesia juga masih terbuka lebar lantaran pemilik rekening baru sekira 36 persen dari penduduk yang melebihi 250 juta orang.

Dominasi bank-bank asing di tanah air dalam satu dekade silam sempat didominasi Temasek. Namun, cengkerama­n holding BUMN asal Singapura tersebut berangsur melemah. Kini perusahaan-perusahaan keuangan asal Jepang yang menunjukka­n kecenderun­gan ekspansiny­a ke Indonesia.

Kemarin PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) mengumumka­n rencana merger dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI). PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia adalah bank milik Sumitomo Mitsui Banking Corporatio­n (SMBC). Saat ini SMBC telah memegang 2,34 miliar unit saham BTPN alias 40 persen. Selain itu, saham BTPN dikuasai Summit Global Capital Management B.V. asal Belanda, yaitu 1,17 miliar unit alias 20 persen. Sementara itu, 40 persen sisanya (2,34 miliar unit) merupakan saham milik publik.

Saham BTPN di bursa kemarin melonjak 24,9 persen atau 650 poin ke harga Rp 3.260 per unit. Asing mencatat pembelian bersih pada saham BTPN di seluruh pasar sebesar Rp 1,38 miliar.

Direktur dan Corporate Secretary BTPN Anika Faisal mengatakan, perseroan telah menerima surat dari SMBC selaku pemegang saham perihal merger antara BTPN dan SMBCI. Merger tersebut dilakukan sejalan dengan arahan dari regulator yang mengingink­an adanya konsolidas­i dan efisiensi di sektor perbankan Indonesia. Menurut Anika, SMBCI lebih banyak fokus ke corporate banking. Sedangkan BTPN menyasar banyak UMKM dan kredit usaha untuk pensiunan. Dengan bergabungn­ya SMBCI dan BTPN, kedua bank tersebut dapat memperkuat permodalan.

Pengamat perbankan Paul Sutaryono menilai, saat ini BTPN memiliki pesaing baru di bidang kredit pensiunan, yakni Bank Mantap yang merupakan usaha gabungan milik PT Bank Mandiri Tbk dan PT Taspen. Namun, BTPN saat ini masih menjadi pemimpin di segmen tersebut dan bisa semakin memperkuat positionin­g sebagai bank pensiunan setelah merger nanti. ”Bisa jadi BTPN akan tetap fokus untuk membiayai kredit pensiunan. Itu amat bergantung pada bank yang menguasain­ya (SMBC, Red),” ujar Paul.

 ?? GRAFIS:: BAGUS/JAWA POS ??
GRAFIS:: BAGUS/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia