Tambah Koleksi 15 Keramik
SURABAYA – Koleksi Museum Sejarah dan Budaya Departemen Ilmu Sejarah Universitas Airlangga (Unair) bertambah kemarin (28/8). Koleksi baru tersebut berupa 15 keramik yang dibuat pada beberapa dinasti Tiongkok.
Aneka kerajinan keramik yang terpajang di lemari besi itu tampak berkilat saat terkena sorot lampu ruang museum. Pada 15 keramik tersebut, terlihat ukiran khas Negeri Tirai Bambu. Misalnya, ukiran burung phoenix dan bunga krisan merah muda.
Jika diamati, perabotan itu mirip dengan satu set perlengkapan yang ada di meja makan. Mulai piring, mangkuk, guci, hingga tempat minum. Meski sederhana, seluruh perabotan tersebut bukanlah perkakas biasa. Perabotan itu memiliki nilai historis yang kuat. ”Semua barang ini sudah berusia ratusan tahun,” terang Faisal Hasan Mujaddid, penghibah koleksi keramik.
Misalnya, tiga mangkuk polos berwarna putih tulang yang diletakkan di rak nomor dua. Keramik yang dibuat pada Dinasti Song tersebut berusia sekitar 800 tahun. Mangkuk itu merupakan perabotan yang digunakan masyarakat biasa. Ciri tersebut dapat dilihat lantaran mangkuk tidak memiliki ukiran sama sekali. ”Ini berbeda kalau mangkuk dibuat untuk pihak kerajaan. Bertabur ukiran dan memiliki stempel khusus,” ungkap pria 24 tahun itu.
Faisal mengatakan, semua benda yang dihibahkan tersebut merupakan hasil perburuan sang ayah, Aminudin. Sejak 1997, sang ayah memang tertarik berburu barang bersejarah. Saat ini, koleksi yang dimiliki keluarga Faisal mencapai seribu benda.
Seluruh koleksi yang disumbangkan itu merupakan barang asli. Koleksi tersebut sudah diuji dan disertifikasi Yayasan Arkeologi dan Permuseuman Indonesia di Jakarta. Total, barang yang disumbangkan tersebut bernilai Rp 3 miliar. ”Koleksi ini sangat membantu kami dalam melengkapi fungsi museum sebagai sarana pembelajaran,” tutur Edy Budi Santoso, dosen ilmu sejarah Unair. (elo/c18/nda)