Jawa Pos

Produk dari Wedoro Tembus Pasar Arab Saudi

Sidoarjo memiliki dua kampung sandal yang namanya sudah tersohor se-Indonesia. Bahkan, produknya dipasarkan ke luar negeri. Yakni, Desa Wedoro, Kecamatan Waru, dan Desa Ponokawan, Krian.

-

MENYEBUT nama Wedoro, yang terbayang adalah lokasi produksi sandal. Mayoritas masyarakat desa tersebut merupakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sandal. Yang sudah puluhan tahun menjalani bisnis itu adalah keluarga Muhammad Yunus.

Rumah produksi laki-laki yang akrab disapa Yunus tersebut berlokasi di RT 2, RW 5, Desa Wedoro. Saat Ramadan, produksi jalan terus. Yunus dan tujuh pekerja tetap membuat sandal. ”Sebenarnya, jumlah pekerja mencapai 20 orang. Yang perempuan bertugas menjahit. Dan itu bisa dilakukan di rumah masing-masing,” jelasnya.

Kemarin (6/6) saat Jawa Pos menengok langsung pembuatan sandal di rumah produksiny­a, Yunus juga sibuk. Laki-laki 59 tahun tersebut berada di belakang mesin pemotong. Bermeterme­ter lembaran karet dan spons dipotong sesuai dengan pola. Yunus mendesain sendiri semua cetakan pola sandal. ”Kalau pola sandalnya saya yang buat. Kalau gambar di sandal, saat ini, anak pertama saya yang ambil alih,” kata Yunus sambil menekan pisau pemotong ke bahan sandal.

Di sampingnya, sudah ada tumpukan bahan yang terpotong. Pekerja bertugas menempelka­n, mengelem, dan mengoven desain hingga menjahit tali sandal agar rapi. Semuanya dikerjakan dengan hatihati dan teliti. Yunus berusaha menjaga kualitas produknya sejak 1980-an ketika mengambil alih bisnis keluargany­a itu. ”Istilahnya kan handmade, buatantang­an. Jadi, harus benar-benar rapi,” ungkapnya.

Dalam sebulan, Yunus bisa mengirim 600 hingga lebih dari 1.000 kodi sandal ke berbagai daerah. ”Harga rata-rata setiap kodi mencapai Rp 250 ribu,” ucapnya. Purbalingg­a, Jakarta, dan Bogor merupakan tiga pasar terbesarny­a.

Keberhasil­annya bertahan bukan tanpa usaha keras. Yunus membesarka­n UMKM keluargany­a dengan penuh perjuangan. Dia harus memutari berbagai kota untuk menjajakan sandal buatannya. ”Cari pelanggan yang baik dulu,” ujarnya, lantas tersenyum.

Dia terus menjaga relasi baik dengan semua distributo­rnya. Bahkan, sejak 1990, Yunus sukses merambah pasar luar negeri. ”Pada 2002 mulai kirim ke Arab Saudi. Lumayan bagus responsnya,” tutur ayah tujuh anak itu. Yunus pernah memperoleh omzet hingga Rp 375 juta per bulan. Sayang, sebuah usaha pasti mengalami pasang surut. Begitu pula UMKM sandal Yunus. ”Kalau nilai rupiah melemah, ya kami nggak mungkin mampu melakukan ekspor. Soalnya harganya jatuh,” jelasnya.

Hal itu juga membuat ekspor sandalnya tersendat. Padahal, Yunus sudah berancang-ancang menambah area pengiriman. ”Sejak dua tahun ini, harga luar negeri rusak. Jadi, sementara belum ekspor. Kuatkan pasar lokal dulu,” katanya. Meski begitu, Yunus yakin masa ”pasang” kembali lagi. Yunus tidak ingin satu pun pegawainya kehilangan pekerjaan. ”Saya beri merek sandal ini Eterna. Artinya, melesat dan abadi. Amin,” ungkapnya sambil memandangi sepasang sepatu produksiny­a. (via/c23/ai)

 ??  ?? HANUNG HAMBARA/JAWA POS - GRAFIS: RIZKY JANU/JAWA POS HANDMADE: Sriyati mengelem sandal di rumah produksi Eterna milik Muhammad Yunus di Desa Wedoro, Waru, Sidoarjo, kemarin.
HANUNG HAMBARA/JAWA POS - GRAFIS: RIZKY JANU/JAWA POS HANDMADE: Sriyati mengelem sandal di rumah produksi Eterna milik Muhammad Yunus di Desa Wedoro, Waru, Sidoarjo, kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia