Bidik Mahasiswa Bebas Narkoba
PT PP Properti Tbk menjadi pengembang apartemen dengan konsep bebas narkoba pertama di Indonesia. Berikut obrolan wartawan dengan Direktur Utama PT PP Properti Tbk Taufik Hidayat, sosok yang berani membuat gebrakan seperti itu.
Jawa Pos BAGAIMANA proyeksi pasar properti pada 2017? Kalau melihat pasar properti, salah satu yang menjadi tolok ukur dan acuan adalah pertumbuhan ekonomi. Pada 2015, pertumbuhan ekonomi mencapai 4,79 persen, lalu naik 5,1 persen tahun lalu. Tahun ini pertumbuhan ekonomi diperkirakan menyentuh angka 5,3 persen. Kita patut optimistis karena pemerintah gencar sekali membangun infrastruktur. Daerah yang tadinya terpencil menjadi terbuka. Lalu, BI rendah. Inflasi rendah. Semua ini adalah vitamin bagi bisnis properti. Ada paket kebijakan. Ada kemudahan perizinan yang mendorong bisnis properti lebih bergairah. Apalagi, kita baru saja dapat Kondisi apa yang masih harus diwaspadai? Bisnis properti pernah pada 2013 saat pertumbuhan ekonomi mencapai 6 persen. Lalu, ekonomi perlahan menurun pada 2014. Saat ini pertumbuhan ekonomi mulai naik. Namun, bisnis properti belum kembali seperti pada 2013. Masih kurang bergairah. Dengan kondisi ekonomi yang seperti itu, kita juga masih harus mencermati kondisi perekonomian global. Harus jeli. Terutama kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang cenderung proteksionisme, awas, awas. Lalu, Tiongkok yang ekonominya besar, tetapi menurun.
Apa strategi bisnis PP Properti mengantisipasi hal itu?
Saat ini bisnis properti kelas atas declining. Contoh, kalau kita menginap di hotel bintang 5, harganya setara hotel bintang 3 dan bintang 4. Hotel bintang 5 hanya Rp 500 ribu–Rp 800 ribu. Dulu yang menginap hotel bintang 5 berasal dari kalangan tertentu seperti karyawan oil and gas, batu bara yang sekarang sedang lesu. Lalu, hargasewaperkantoran di jalan utama seperti Sudirman, Jakarta, juga ikut menurun karena banyak yang pindah. Apartemen kelas atas juga begitu. Lalu, ke mana kita harus tumbuh? Kami terutama pilih masuk ke apartemen kelas menengah, middle-middle, yakni antara Rp 15 juta–Rp 20 juta per meter persegi. Kami juga secara selektif main di middle up antara Rp 20 juta–Rp 30 juta. Lalu di middle low Rp 10 juta–Rp 15 juta. Bagaimana menentukan lokasi yang tepat? Secara umum, saya masuk ke daerah yang pertumbuhan ekonominya di atas nasional seperti Surabaya, Malang, Bandung, dan Manado yang 5,5 persen. Lebih spesifik, saya mengincar lahan sekitar kampus, pasar kelas mahasiswa yang kami bidik. Seperti di Malang, kami bangun dekat kampus Brawijaya dan UMM. Di Semarang, kami bangun di Tembalang dekat Undip, lalu pada semester kedua ini kami tuntaskan proyek di Jogjakarta dekat UGM, di Surabaya dekat universitas swasta, dan Bandung di sekitar Jatinangor.
Apa alasan membangun apartemen dekat kampus?
Pertama karena lifestyle. Yang kedua karena faktor kebutuhan terhadap hunian. Daripada ngekos, lebih baik dibelikan apartemen. Jadi, saat anak lulus lima tahun, asetnya bisa dijual. Itulah sasaran utama saya. Nah, karena banyak juga kompetitor yang main di sekitar kampus, kami harus memikirkan inovasi. Sebab, inovasi itu penting agar kami unggul dalam persaingan bisnis. Lalu, saya punya konsep apartemen bebas narkoba. Kami langsung hubungi Pak Budi Waseso (kepala BNN, Red) untuk bikin kerja sama. Ternyata konsep itu baru pertama ada di Indonesia sehingga kami dapat penghargaan Muri (Museum Rekor Dunia Indonesia). Bagaimanapun, orang tua akan merasa lebih aman jika anaknya tinggal di situ. Nggak tahu anaknya juga senang atau tidak. Yang pasti, pembelinya adalah orang tua.
Agus
Respons pasar seperti apa? Sangat bagus. Contoh, Ikatan Alumni UI sudah memborong 250 unit yang dekat Universitas Indonesia. Padahal, lokasi kami berseberangan dan di sebelahnya ada apartemen milik kompetitor. Mereka pilih apartemen kami karena punya konsep bebas narkoba. Tahun lalu apartemen bebas narkoba kami di Semarang juga ludes terjual. Satu tower sold-out hanya dalam lima bulan. Sekarang tower kedua terjual 60–70 persen, jadi kami sudah siapkan tower ketiga. Di Surabaya, kami punya 5–6 proyek dan sekarang mengincar lahan dekat salah satu universitas swasta. Jadi, konsep apartemen bebas narkoba itu sangat menjual. Selain untuk memerangi narkoba, langkah tersebut dilakukan dalam rangka menunjang program pengadaan hunian 1 juta unit rumah pemerintah. Apa saja rencana ekspansi PP Properti? Kami sekarang baru punya dua mal yang beroperasi, lalu baru ada tiga hotel. Pada 2020 nanti, kami targetkan punya lima mal dan sembilan hotel. Untuk mal dan hotel, kami develop di lahan milik sendiri. Ada juga yang bersinergi dengan BUMN lain. Proyeksi akhir tahun, kami punya lebih dari 300 hektare lahan. Tahun depan kami juga masuk Makassar dan Manado. (*/c14/sof)