Jawa Pos

Pesta All-out Para Climber

Giro d’Italia boleh dianggap terbesar kedua setelah Tour de France. Tapi tahun ini, lomba itu mungkin bakal lebih heboh daripada yang di Prancis. Karena ini adalah edisi ke-100 Giro, dengan barisan peserta dan rute yang lebih

-

grand tour exciting. Ulasan AZRUL ANANDA

GIRO d’Italia, dalam beberapa tahun terakhir, terus naik pamornya. Ada yang bilang, kalau Tour de France itu musik klasik, Giro telah menjadi Rutenya lebih kejam dan mendebarka­n, dengan hasil yang lebih sulit ditebak.

Di edisi ke-100 yang dimulai Jumat besok (5–28 Mei 2017), RCS selaku penyelengg­ara pun menyiapkan rute yang ’’superspesi­al pakai banyak telur’’. Penuh dengan tantangan menarik, memberi kesempatan untuk munculnya kejutan-kejutan dan momenmomen mendebarka­n.

Kehebohan edisi ke-100 ini sudah bergaung sejak tahun lalu. Berbagai penjuru Italia sekarang ramai dengan nuansa pink, warna khas dan warna jersey juara lomba ini. Dengan tema yang sangat emosional: Amore

(cinta tanpa batas). Hampir seluruh penjuru Italia akan dilewati lomba tahun ini. Hampir semua rute legendaris Italia juga akan dilalui. Terbagi dalam 21 etape, menempuh total jarak 3.612 kilometer. Dimulai di Sardinia Jumat besok, berakhir di Milan pada 28 Mei.

Dari 21 etape itu, sekitar enam adalah datar untuk para sprinter. Lalu delapan tergolong hilly, naik turun memberi kesempatan bagi para stage hunter atau kelompok breakaway. Dua adalah individual time trial, termasuk etape penutup sebagai penentu juara di Milan. Dan yang terpenting: Lima etape high mountain, alias finis di tanjakan gunung.

Bila biasanya etape- etape gunung dihabiskan di pekan terakhir, di edisi ke-100 ini disebar dari awal sampai akhir. Etape 4 sudah berakhir di puncak Gunung Etna yang legendaris, sehingga para kandidat juara sudah langsung bersitegan­g di sini. Kemudian ada etape yang melewati puncak superkonda­ng Stelvio. Dan para climber akan beradu untuk kali terakhir di etape 19.

Walau mereka juga mungkin harus tetap saling mewaspadai di etape 20 (kategori hilly), yang walau berakhir datar tetap dipenuhi be berapa tanjakan berat.

Setelah itu, juara baru akan ditentukan dengan time trial di tengah kota Milan.

Ini juga tidak biasa. Karena biasanya juara sudah di_tentukan di etape 20, kemudian etape terakhir adalah parade sprint untuk jadi pesta penutupan. Penyelengg­ara ingin, di edisi khusus ini, juara benar-benar baru akan diketahui di menit terakhir! Dengan tantangan dan momen khusus ini, para bintang pun berebut tampil. Mereka yang biasanya fokus ke Tour de France tahun ini lebih memilih terjun di Italia. Bisa dibilang, dari barisan climber superstar, hanya Chris Froome (Team Sky) dan Richie Porte (BMC) yang absen.

Dari Italia, seharusnya juga ada Fabio Aru (Astana) atau letnannya Michele Scarponi. Sayang Aru cedera, lantas muncul tragedi tewasnya Scarponi yang tabrakan saat latihan beberapa hari lalu.

Dengan demikian, harapan terbesar para tifosi akan jatuh pada Vi ncenzo Nibali ( Bahrain-Merida).

Penantang utamanya, sekaligus mungkin unggulan utama, adalah Nairo Quintana (Movistar). Pembalap Kolombia itu pernah menang Giro pada 2014, dan akhir tahun lalu jadi juara Vuelta a Espana.

Nibali maupun Quintana sama-sama akan di- support oleh pasukan climber elite. Bahrain-Merida dan Movistar sama-sama 100 persen fokus mengejar pink jersey.

Yang punya strategi sama adalah Team Sky. Walau tak ada Froome, mereka menurunkan dua climber terhebat selanjutny­a: Geraint Thomas dan Mikel Landa. Keduanya adalah co-captain, didukung tujuh pembalap lain yang semuanya climber.

Padahal, Team Sky punya sprinter bintang asal Italia, Elia Viviani. Saking fokusnya tim Inggris ini pada pink jersey, mereka membuat keputusan besar dengan tidak menurunkan Viviani.

BMC juga menurunkan dua climber hebat: Tejay van Garderen dan Rohan Dennis. Walau tidak punya barisan pendukung sekuat unggulan lain, Van Garderen dan Dennis punya keunggulan time trial yang membuat keduanya sangat berbahaya.

Pembalap dengan tipe yang setara Van Garderen dan Dennis adalah Tom

Dumoulin (Sunweb), yang juga sangat berbahaya kalau masih punya peluang juara saat etape time trial di Milan.

Thibaut Pinot (FDJ) adalah bintang Prancis yang seharusnya fokus ke Tour de France. Tapi begitu memikatnya Giro d’Italia, dia justru memilih mengejar gelar pink tahun ini.

Bahkan, dia muncul sebagai kuda hitam juara. ’’Untuk Giro ini, saya menempatka­nnya di level yang sama dengan Quintana dan Nibali,’’ sesumbar Marc Madiot, bos FDJ, lewat blognya di Cyclingnew­s.

Nama-nama lain yang harus diperhitun­gkan: Adam Yates (Orica-Scott), Bauke Mollema (Trek-Segafredo), Bob Jungels ( Quick-Step Floors), Ilnur Zakarin ( Katusha-Alpecin), Domenico Pozzovivo (Ag2R-La Mondiale), Rui Costa (UAE Team Emirates), Pierre Rolland ( Cannondale- Drapac), plus orang yang nyaris jadi juara Giro tahun lalu, Steven Kruijswijk (LottoNL-Jumbo).

Itu benar-benar daftar unggulan yang panjang. Tour de France 2017 nanti saja belum tentu punya nama besar sebanyak ini.

Dan untuk membuat situasi lebih menegangka­n, beberapa etape penentu dirancang lebih pendek dari biasanya. Hanya di kisaran 130 km. Ini menantang para unggulan untuk langsung tancap gas sejak start etape, lalu all-out saling attack di tanjakan.

Kalau pertanding­an tinju, ini seperti pertanding­an yang dirancang hanya berlangsun­g dua ronde. Harus langsung habishabis­an dari detik pertama.

Ini pula yang membuat timtim besar memutuskan untuk menurunkan tim yang full climber. Supaya tidak sampai kehabisan orang untuk mendukung kaptennya saat bantai- bantaian di tanjakan- tanjakan penentu.

Quintana menegaskan, rute tahun ini benar-benar superspesi­al. ’’Saya merasa rute tahun ini benar-benar mencari siapa climber yang terkuat,’’ ucapnya. (*)

 ??  ?? Infinito rock and roll.
Infinito rock and roll.
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia