Jawa Pos

Coba Jadi Scientist dengan Utak-atik DNA Padi

-

BRISBANE – Nggak terasa udah hari ke-11 aku –Maghrizkia Aulia (SMA Barunawati Surabaya)– di Brisbane. Sayangnya, kemarin (3/5) Helena Tipawael (SMA Frateran Surabaya) sakit dan harus istirahat di homestay. Bareng Ananda Dea (SMA Ciputra Surabaya), aku berangkat pukul 08.00 waktu setempat.

Setelah sampai, kami langsung menuju ke glass house untuk melakukan crossing. Kami menyilangk­an tanaman pigeon pea (semacam kacang) yang liar dan nggak liar. Tanaman itu disilangka­n karena ulat bulu sering memakan daun pigeon pea yang nggak liar, tapi nggak suka makan daun pigeon pea yang liar. Crossing tersebut dilakukan untuk mengurangi penggunaan pestisida.

Setelah itu, kami pergi ke kantor CTCB (Centre for Tropical Crops & Biocommodi­ties) dan mendengark­an presentasi Dr My Linh tentang proyeknya mengenai pengembang­an beras agar salinity stressnya turun. Setelah itu, My Linh juga menjelaska­n sedikit tentang PCR ( polymerase chain reaction) yang akan kami praktikkan di laboratori­um khusus CTCB. Di lab khusus tersebut, kami bersama dua teman dari Nepal, Sappana dan Basha, melakukan praktik penggandaa­n DNA.

Praktikum itu emang cukup lama. Pertama, kami menghancur­kan daun padi dengan mesin yang mengubahny­a jadi serbuk. Setelah itu, kami pun mencampurk­annya dengan larutan CTAB. Kemudian, serbuk tersebut diinkubasi pada suhu 65 derajat Celsius selama 5 menit. Intinya, kami harus menemukan bentuk DNA dari daun padi untuk melihat persilanga­nnya berhasil atau nggak.

Setelah seharian di laboratori­um, kami pun pulang. Overall, kami puas banget bisa ngerasain serunya menjadi anak IPA dan scientist. Soalnya, kami berdua kan aslinya jurusan IPS. Well, kami nggak sabar nih buat nunggu hasil praktikum daun padi hari ini. (maghrizkia/c14/als)

 ?? MAGHRIZKIA FOR ZETIZEN ??
MAGHRIZKIA FOR ZETIZEN

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia