Kesenjangan Bisa Picu Konflik Sosial
JAKARTA – Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengakui kesenjangan sosial menjadi masalah yang belum dipecahkan secara tuntas. Dia khawatir ketidakadilan itu, kalau dibiarkan, bisa memicu konflik horizontal. Sepuluh di antara 15 konflik yang memakan korban jiwa lebih dari seribu orang terjadi karena ketidakadilan.
JK mengungkapkan, masih ada kesenjangan yang terlalu jauh antara orang kaya dan miskin. Menurut dia, Indonesia berada di urutan ketiga setelah Rusia dan Thailand sebagai negara dengan kesenjangan tertinggi. Yang berbahaya, kesenjangan atau ketidakadilan itu bisa memicu konflik sosial dengan korban ribuan orang seperti di Aceh.
”Di Aceh bukan masalah agama. Ini masalah Aceh kaya, tapi kekayaan Aceh tidak dinikmati di Aceh sebanyak-banyaknya. Sama daerah lain,” ujar JK saat membuka rapat kerja nasional Institut Lembang Sembilan di Jakarta kemarin (6/3). Selain di Aceh, konflik pernah terjadi di Poso yang menewaskan sekitar 3.000 orang dan di Ambon dengan 5.000 korban jiwa.
Kesenjangan atau ketimpangan itu dinilai dengan gini ratio yang punya skor 0 hingga 1. Data gini ratio terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, ketimpangan pengeluaran pada September 2016 mencapai 0,394. Angka tersebut memang turun dari gini ratio Maret 2016 sebesar 0,397. Sedangkan gini ratio September 2015 sebesar 0,402 poin.
Jumlah penduduk miskin pada September 2016 adalah 27,76 juta orang atau 10,70 persen dari total populasi. Sedangkan pada Maret 2016 ada 28,01 juta orang atau 10,86 persen. Kesenjangan itu tidak bisa diatasi hanya dengan membuat peraturan, mulai undang-undang, keputusan presiden (keppres), hingga peraturan daerah. JK menyatakan, Indonesia sudah memiliki banyak peraturan. (jun/c19/oki)