Bank Fokus Restrukturisasi Kredit
Waspada karena Kenaikan NPL
JAKARTA – Tekanan kredit macet terhadap kualitas aset perbankan tahun lalu cukup terasa. Bahkan hingga awal tahun ini. Terbukti, rasio gross nonperforming loan (NPL) naik dari 2,5 persen pada 2015 menjadi 2,9 persen tahun lalu. Pada Januari 2017, angkanya bahkan naik lagi menjadi 3,1 persen.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan menyatakan, beberapa bank masih berfokus pada restrukturisasi kredit. ’’Ada bank yang agresif merestrukturisasi kredit seperti Bank Mandiri. Ada juga yang restrukturisasinya pelanpelan,’’ ujarnya saat diskusi bersama media di Jakarta kemarin (6/3).
Menurut Anton, tahun ini tekanan NPL masih dirasakan bank. Namun, dia memprediksi NPL tidak sampai menyentuh 3,5 persen. Pemerintah akan lebih gencar mengerjakan proyek-proyek infrastruktur. Sebab, pemerintah berusaha menekan penundaan aktivitas pembangunan akibat pengetatan fiskal seperti yang terjadi tahun lalu. Akibatnya, pertumbuhan kredit dan ekonomi terdorong.
Indonesia, kata dia, berpotensi tumbuh di kisaran 5,1–5,2 persen. Pemerintah diprediksi mempunyai forecast pertumbuhan ekonomi 6,1 persen pada 2018. Tetapi, menurut Anton, dirinya pesimistis angka pertumbuhan 6,1 persen itu bisa dicapai dalam waktu dekat.
Senior Investment Analyst Samuel Asset Management Joseph Pangaribuan menuturkan, saat ini ancaman kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS makin terasa. Jika bank tidak sanggup menghadapinya, NPL bisa jadi ikut naik. Dampaknya, laba bank tergerus pencadangan. Kinerja sahamsaham bank pun kurang maksimal. ’’Bank juga sebaiknya terus menekan biaya operasionalnya. Jangan mendahulukan komponen biaya operasional dalam penentuan penurunan bunga kredit,’’ tuturnya. (rin/c14/sof)