Jawa Pos

Dulu Bagus kayak Kasur, Sekarang Rumputnya Tak Bisa Dipotong

Rusaknya lapangan turut membuat seret proses produksi bintang baru dari Klagen. Manajemen baru, dengan Uston Nawawi sebagai wakil ketua, berencana memperbaik­i lapangan tersebut secara bertahap.

-

BEBERAPA sisi lapangan tampak bergelomba­ng. Lebih terlihat seperti kubangan lumpur. Hujan yang belakangan rutin mengguyur kawasan Sidoarjo memperpara­h kondisi.

Tetapi, pada Selasa sore dua pekan lalu (31/1), puluhan anak tetap berlatih dengan gembira di ’’kubangan lumpur’’ tersebut. Menendang, mengumpan, dan mengejar bola. Sudahpasti­pulakostum­yangmereka kenakan coreng-moreng terkena kotoran.

’’ Ya begini ini kondisi lapangan di desa yang pernah disebut kampung- nya sepak bola,’’ ujar Suwandi, pelatih SSB Kelud Putra (31/1), yang menangani puluhan anak-anak tersebut.

Klagen, tempat lapangan itu berada yang hanya berjarak sekitar 10 kilometer dari Sidoarjo Kota, memang mirip Tulehu di Maluku sana. Banyak melahirkan bintang sepak bola tenar.

Di antaranya, Nurul Huda dan Uston Nawawi yang sempat dididik di PSSI Primavera dan Baretti. Lalu, Hariono yang hingga kini menjadi tulang punggung Persib Bandung serta Sutaji dan Arif Ariyanto yang sama-sama pernah membela Persebaya Surabaya. Lantas, Rendy Irwan dan Lucky Wahyu yang sempat berkostum tim nasional (timnas) senior dan kelompok umur.

Mereka semua memulai belajar sepak bola di lapangan yang kini mirip kubangan tersebut. Rendy mengenang, ketika dirinya mulai belajar menyepak bola, lapangan itu masih bagus. Sering juga digunakan untuk turnamen antarkampu­ng.

’’Pas kelas V dan VI SD, saya sering ikut kompetisi. Saya satu klub sama Hariono dan Arif Ariyanto,’’ kenang Rendy.

Uston menuturkan, lapangan menjadi rusak kali pertama karena adanya perbaikan saluran air di sekitarnya. Truk yang memuat material semen masuk ke lapangan sehingga mengakibat­kan tekstur tanah berubah.

Itu diperparah, terang Suwandi, dengan adanya anak-anak kampung yang bermain di lapangan ketika hujan. ’’Dibuat kecek. Yang di pojok kiri dulu bagus kayak kasur. Begitu kena anak-anak, rumputnya dipotong lagi sudah nggak bisa karena rata,’’ ujarnya.

Rusaknya lapangan tersebut pada akhirnya turut berpengaru­h kepada perkembang­an bakat-bakat sepak bola dari daerah Klagen. Tidak ada lagi pesepak bola tingkat nasional yang muncul dari Klagen. Terakhir hanya Lucky Wahyu yang pernah membela timnas U-23.

’’Ya, selain dulu memang ada bakat-bakat bagus dari Klagen, kemungkina­n disebabkan faktor lapangan,’’ ungkap Uston.

Untukmempe­rbaikilapa­nganyangsu­dah rusak parah itu, menurut Suwandi, harus dirombakto­tal. Namun, perbaikant­ersebut tentu saja membutuhka­n dana besar.

Dana dari desa Rp 6 juta setiap tahun juga belum mencukupi. Sebab, dana tersebut juga termasuk biaya operasiona­l SSB Kelud Putra. ’’Lapangan rusak biasanya disiasati dengan diberi pasir ayakan. Biasanya manggil orang (untuk nambal lubang lapangan),’’ ungkap Suwandi.

Sebelumnya, beberapa usaha juga dilakukan Uston Nawawi dkk untuk memperbaik­i lapangan. Di antaranya, Uston, melalui perangkat desa, mengajukan dana ke Kemenpora untuk perbaikan lapangan.

Kebetulan tahun lalu Kemenpora menggulirk­an program ’’Satu Desa Satu Lapangan’’. Namun, hingga saat ini belum ada kejelasan dana tersebut.

Akhirnya, melalui pertemuan para tokoh masyarakat Klagen yang berlangsun­g Senin lalu (13/2) yang juga dihadiri Nurul Huda, Sutaji, dan Arif Ariyanto, disepakati untuk membentuk manajemen baru SSB Kelud Putra. Sekaligus sesegera mungkin memperbaik­i lapangan.

’’SSB itu sebelumnya kan vakum, kurang bergairah. Kami akan mencoba bangkitkan lagi antusiasme masyarakat,’’ ujar Uston yang kebetulan didapuk sebagai wakil ketua pembenahan.

Manajemen baru, kata Uston lagi, akan memperbaik­i lapangan secara bertahap. Sebagai langkah awal, rumput lapangan akan dipotong dan diuruk terlebih dahulu untuk diratakan.

’’ Nggak bisa perbaiki langsung. Sebab, dibutuhkan dana besar. Apalagi, kami masih bergantung kepada bantuan swadaya masyarakat,’’ tutur Uston.

Selain itu, terang Uston, ada dana yang berasal dari desa. ’’Mungkin nanti pemainpema­in Klagen yang sudah sukses, misalnya Hariono dan Rendy, bisa ikut menyumbang,’’ ujar Uston. (*/c4/ttg)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia