Jawa Pos

Gondongan Bisa Akibatkan Tuli Mendadak

-

SURABAYA – Gondongan atau pembengkak­an pada kelenjar parotid, kelenjar yang memproduks­i air liur, bisa mengakibat­kan tuli mendadak. Kasus tersebut banyak dijumpai pada anak-anak. Misalnya, Yudha (bukan nama sebenarnya, Red).

Dua bulan lalu bocah tujuh tahun itu mengalami gondongan. Area di bawah telinganya bengkak. Penyakit tersebut mengakibat­kan nyeri dan ketidaknya­manan pada tubuh. ” Telinga sakit dan saat menelan itu juga nyeri,” katanya saat dihubungi kemarin (29/1).

Pada saat yang sama, pendengara­n Yudha tiba-tiba berkurang. Dia tidak menyadari hal tersebut. Namun, bocah kelahiran Surabaya itu lambat laun menyetel televisi dengan suara besar. Dari situ, mama Yudha, Yunita, mulai curiga. ”Dipanggil kok tidak noleh. Waktu itu hari pertamanya tidak masuk sekolah,” ujarnya. Dia kemudian membawa Yudha ke dokter anak. Dokter menyaranka­n Yunita agar membawa anaknya ke spesialis THT. ”Setelah itu dapat penjelasan kalau anak saya mengalami tuli mendadak,” ungkap perempuan 37 tahun itu.

Spesialis THT RSUD dr Soetomo dr Nyilo Purnami SpTHT-KL membenarka­n bahwa salah satu komplikasi gondongan adalah tuli mendadak. ”Kasus ini jarang, namun bisa bersifat menetap kalau tidak ditangani secara serius,” tuturnya. Pendengara­n biasanya berkurang pada salah satu sisi telinga saja. Namun, pada sedikit kasus juga terjadi pada dua sisi telinga.

Gondongan, menurut Nyilo, disebabkan infeksi paramyxovi­rus. Kejadian terbanyak terjadi pada mereka yang berusia 5–9 tahun. ”Penyakit ini mudah menular. Caranya dengan kontak langsung terhadap penderita. Bisa hanya dengan bicara,” jelasnya.

Gejala awalnya mirip flu. Penderita biasanya merasakan meriang. Kemudian, disusul nafsu makan menurun serta daerah pipi yang mulai bengkak. ”Belum ada obat khusus karena penyebabny­a virus. Obat yang diberikan hanya untuk mengurangi dampaknya saja,” kata Nyilo.

Sementara itu, tuli mendadak pada penderita gondongan terjadi pada tempo beberapa jam atau kurang dari tiga hari setelah terjangkit. Ada dua kemungkina­n yang bisa terjadi, tuli mendadak bisa sembuh sendiri atau malah menjadi permanen. ”Sekitar 60 persen penderita akan membaik dalam dua minggu,” jelas Nyilo. Namun, proses penyembuha­n bisa mencapai satu atau dua bulan kemudian.

Tuli permanen disebabkan adanya kerusakan di daerah koklea atau rumah siput. Nah, yang biasa dirasakan tidak hanya gondongan, tetapi juga vertigo. Anak biasanya akan mengeluh mual. ”Hal itu karena pandangann­ya berputar-putar,” kata Nyilo.

Penanganan yang tepat perlu dilakukan. Menurut Nyilo, terapi yang biasa digunakan adalah pemberian obat steroid. ”Obat segera diberikan untuk mencegah ketulian permanen,” paparnya. (lyn/c15/jan)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia