Pelatnas Tinju Korban Pengetatan Anggaran
Satlak Prima Garansi Januari 2017 Beres
JAKARTA – Masalah klasik berupa kekurangan dana masih akrab di olahraga Indonesia. Pembubaran pelatnas tinju di Sukabumi menjadi bukti sahih paling baru. Dukungan dana yang jauh dari harapan mengakibatkan pelatih dan petinju menghentikan latihan yang seharusnya menjadi persiapan menuju SEA Games 2017 dan Asian Games 2018.
Sebanyak 15 atlet dan pelatih yang menjalani pelatnas di Sukabumi sejak 15 November lalu dipulangkan ke daerah masingmasing. Alasannya, dana dari Satlak Prima tidak turun selama dua bulan terakhir.
Ironis memang. Terlebih di tengah gembar-gembor Kemenpora yang mendorong atlet-atlet Indonesia terus berprestasi di pentas internasional. Namun, masalah anggaran yang terbatas tidak bisa dilawan begitu saja. Sejak Selasa (20/12), pelatnas tinju membubarkan diri untuk sementara waktu. Ya, setidaknya sampai anggaran dari Satlak Prima turun kembali.
Ketika dikonfirmasi, Wakil Ketum PB Pertina Hengky Silatang membenarkan adanya pembubaran pelatnas tersebut. ’’Kami tidak bisa sepenuhnya meng- cover kebutuhan pelatnas,’’ kata Hengky kepada Jawa Pos kemarin (21/12).
Sebagai catatan, tinju masih menjadi salah satu pendulang medali buat Indonesia di pentas internasional. Pada SEA Games Singapura 2015, kontingen tinju Indonesia membawa pulang satu medali emas via Kornelis Kwangu Langu di kelas terbang ringan (46–49 kg). Raihan itu dita- mbah dengan satu perak dan dua medali perunggu. Hasil tersebut tentu menjadi salah satu acuan untuk kembali dibuktikan petinju Indonesia pada SEA Games tahun depan. Tetapi, dengan kondisi seperti ini, tentu dibutuhkan effort yang lebih besar untuk mengejar prestasi.
’’Meski begitu, kami sudah sampaikan kepada petinju pelatnas untuk tetap berlatih di daerahnya,’’ tuturnya. Kebijakan itu bukan tanpa halangan. Asupan nutrisi dan program latihan yang tidak terpantau maksimal jelas akan mengganggu kondisi atlet.
Sebenarnya kendala di cabor tinju hampir dirasakan semua cabor. Namun, karena perkiraan kebutuhan per bulan Rp 300 juta untuk mengadakan pelatnas, PB Pertina jelas mengalami kesulitan. Dengan belum turunnya anggaran dari Satlak Prima, sebulan pertama pelatnas tinju berlangsung, PB Pertina harus menambal biaya tersebut. ’’Jumlah itu dialokasikan untuk meng- cover semua biaya, termasuk asupan vitamin dan nutrisi atlet,’’ ungkap Hengky.
Sementara itu, Kasatlak Prima Achmad Soetjipto mengakui bahwa memang ada pemangkasan anggaran yang terpaksa mengganggu pelatnas cabor. ’’Ada efisiensi sekitar Rp 87 miliar,’’ terangnya.
Dia tidak menduga efisiensi anggaran di lingkungan Kemenpora juga berimbas pada anggaran Satlak Prima. Sebab, sejak awal badan yang dibentuk untuk menangani pelatnas cabor elite Indonesia itu mendapatkan garansi tidak ada gangguan untuk anggaran. Terlebih jika menyangkut pembinaan atlet elite. ’’Saya kira, Kemenpora tidak tinggal diam. Tentu harus dicarikan solusi,’’ terangnya.
Soetjipto menegaskan, pada Januari 2017, pihaknya akan menutup seluruh tanggungan biaya dua bulan terakhir 2016 yang belum dicairkan. (nap/c14/ady)