Dikritik Hanya Tangkap Yang Ecek-Ecek
JAKSEL – Intensifnya OTT yang dilakukan polda untuk membasmi pungli di lingkungannya memang patut diapresiasi. Namun, hal itu tidak lantas membuat anggota Polda Metro Jaya bisa menepuk dada. Sebab, yang diungkap selama ini hanya praktik pungli yang ecek-ecek (kecil-kecil, Red).
Hal tersebut diungkapkan pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar. Bambang mengkritik bahwa OTT selama ini hanya menyasar para anggota kepolisian berlevel bintara. Namun, hampir tidak ada petugas kelas perwira yang diamankan. ’’Harusnya kan juga sampai atas,’’ jelasnya kemarin.
Selain itu, lanjut dia, mayoritas bintara yang diamankan hanya dipindahkan sehingga terkesan melindungi para oknum nakal tersebut. ’’Sanksinya pun tidak pernah berat. Banyak yang hanya dipindah. Kan melindungi,’’ kata dosen Universitas Indonesia itu.
Bambang yang selama puluhan tahun berkarir sebagai polisi tersebut menyatakan, jika memang ada upaya melindungi, aksi pelanggaran hukum dapat dipastikan dilakukan hingga lapisan atas. Sehingga, oknum polisi akan lebih berani melakukan pemerasan atau pungli. ’’Sebab, ada yang gede. Makanya yang kecil ini berani,’’ ungkapnya.
Selain itu, Bambang menganggap maraknya petugas yang menyalahgunakan wewenang disebabkan buruknya sistem birokrasi dan mekanisme pelayanan. Apalagi, sanksi terhadap pelanggar cukup lemah. ’’Birokrasinya harus diperbaiki. Mekanisme dan pengawasannya pun tidak berjalan dengan baik,’’ ucapnya.
Maraknya pungli di Polda Metro Jaya membuat Kapolda Metro Jaya Irjen M. Iriawan berkomitmen memberantas praktik pungli di institusinya. Perwira tinggi dengan dua bintang di pundak itu meminta masyarakat segera melapor jika menemukan praktik pungli di kantor polisi. ’’Laporkan kepada saya,’’ ujarnya.
Untuk mempermudah polisi menangkap oknum yang melakukan pungli, Iriawan meminta masyarakat menyerahkan bukti, minimal foto. ’’Jadi, kami tahu siapa yang melakukan. Foto saja cukup,’’ tuturnya.
Kapolda pun meminta masyarakat menyampaikan keluhan atau informasi soal pungli di fungsi pelayanan kepolisian melalui akun media sosial Bidang Humas Polda Metro Jaya. ’’Di humas, ada medsos. Jadi, laporan akan ditindaklajuti,’’ jelas Iriawan. Dia menambahkan, masyarakat tidak hanya bisa melaporkan pungli di kantor polisi, namun juga di institusi lain. ’’Kalau ada informasi akurat di institusi lain, silakan lapor,’’ katanya.
Salah satu pelayanan yang paling rawan pungli adalah pembuatan SIM dan STNK. Karena itu, Satuan Penerbitan Administrasi (Satpas) SIM Daan Mogot memperketat pengawasan untuk mengantisipasi pungutan liar (pungli) oknum petugas kepada pemohon SIM dengan cara membentuk timsus pengawas pelayanan. ’’Sudah kami siapkan,’’ ungkap Kepala Satpas SIM Daan Mogot Kompol Doni Hermawan. (nug/c5/ano)
– Langkah terakhir terdakwa Jessica Kumala Wongso untuk mendapatkan perhatian dari majelis hakim telah dikeluarkan. Pada sidang duplik yang dilakukan sebelum vonis itu, Jessica kembali curhat meski tidak menangis seperti sidang pleidoi.
Dalam dupliknya, perempuan 28 tahun tersebut menganggap sidang yang seharusnya menjunjung tinggi keadilan itu sudah dipenuhi dengan arogansi. Dia menilai ada intervensi uang dari pihak Wayan Mirna Salihin dalam sidang.
Terutama, kata Jessica, adanya kedekatan emosional antara keluarga Mirna dan jaksa penuntut umum ( JPU). Salah satunya mengenai pernyataan tante Mirna. ’’Saya jadi ragu. Karena tante Mirna katanya menebar uang di pengadilan,’’ ujarnya kemarin.
Sembari berdiri, Jessica tampak tersendu dan menahan tangis. Dia mengaku takut karena kedekatan antara keluarga Mirna dan JPU itu bisa merugikannya. Bahkan, dia menyebut Darmawan Salihin, ayah Mirna, dengan gampang menyisipkan barang bukti ke JPU. ’’Saya menilai ada intervensi,’’ katanya.
Bukan hanya itu, dalam dupliknya, Jessica juga mendapat informasi bahwa suami Mirna, Arief Soemarko, pernah memberikan sebuah kantong plastik kepada barista Kafe Olivier Rangga Dwi Saputra.
’’Saya mendapat informasi dari seorang penasihat hukum saya. Pak Hidayat Bostam bilang kalau ada orang yang bernama Amir, yang melihat Arief memberikan