Sudah Bisa Beli Tanah, Pengajar Tak Dapat Gaji
MTs Qubbatul Islam, Sekolah Swadaya Bentukan Warga Karang Taliwang
Warga Karang Taliwang
memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya pendidikan. Itu terbukti dengan keberadaan sekolah bentukan warga, yakni MTs Qubbatul Islam. Dana
operasional sekolah tersebut murni berasal
dari warga setempat.
LOKASINYA tak jauh dari pusat wisata Rumah Makan Taliwang yang terkenal. Sekolah ini berada di dalam gang sempit di Karang Taliwang, Kecamatan Cakranegara, Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Untuk menemukannya, memang agak sulit. Sekolah tersebut sedang dibangun dan belum jadi. Karena itu, aktivitas belajar mengajar masih numpang di musala yang kebetulan tepat berada di samping sekolah.
Sumiati, kepala MTs Qubbatul Islam, menerangkan, MTs Qubbatul Islam berdiri pada tahun ajaran 2012–2013. Semuanya merupakan inisiatif warga Karang Taliwang yang sebelumnya bermusyawarah untuk membentuk sekolah.
’’Sekolah ini berdiri atas keinginan masyarakat agar putra-putri mereka bisa mengenyam pendidikan sekolah yang baik,’’ ujar perempuan yang merupakan alumnus fakultas hukum di salah satu universitas di Mataram tersebut.
Dia menyatakan, semula di Karang Taliwang hanya ada Madrasah Ibtidaiyah Qubbatul Islam . Namun, karena warga merasakan perlu adanya sekolah yang berkonsentrasi terhadap pelajaran agama di jenjang SMP, timbullah keinginan mendirikan madrasah tsanawiyah.
Akhirnya, karena belum memiliki bangunan sendiri, para siswa MTs Qubbatul Islam numpang belajar di MI Qubbatul Islam. Namun, seiring banyaknya donatur untuk madrasah, perlahan namun pasti pengelola madrasah bisa membeli tanah dan membuat bangunan.
’’Alhamdulillah, sekarang kami sudah punya tempat sendiri. Jadi, nggak numpang lagi. Semua biaya operasional sekolah berasal dari sumbangan sukarela masyarakat,’’ ungkap Sumiati.
Tidak ada dana BOS atau bantuan apa pun dari pemerintah. Sekolah itu murni berdiri karena masyarakat peduli akan pendi- dikan anak-anak kurang mampu di Karang Taliwang.
Selama ini, siswa yang bersekolah di MTs Qubbatul Islam juga dikatakan tidak dipungut biaya sepeser pun. Mereka hanya bersekolah dan belajar. Mereka yang belajar, ujar Sumiati, adalah siswa kurang mampu yang memiliki tekad besar untuk mengenyam pendidikan.
Hal itulah yang membuat beberapa pegiat pendidikan memberikan perhatian kepada keberadaan sekolah tersebut. Belum lama ini, salah seorang pegiat sosial pendidikan, Trisna Wardhani, datang ke sekolah itu dengan membawa ratusan buku.
Perempuan yang memiliki Program Sejuta Buku untuk Lombok tersebut mengapresiasi keberadaan sekolah yang merupakan bentukan warga Karang Taliwang itu. ’’Saya pikir hal seperti ini menunjukkan karakter dan kesadaran masyarakat bahwa mereka berpikir pendidikan itu sangat penting untuk anak cucu mereka,’’ ujar Trisna.
Untuk membuka wawasan dan pengetahuan siswanya, pihak madrasah juga beberapa kali mendatangkan figur atau tokoh yang bisa menginspirasi siswa. ’’Dengan melihat sosok atau tokoh yang sukses, paling tidak bisa merangsang siswa untuk mengikuti jejak mereka,’’ terang Sumiati.
Meski merupakan salah satu sekolah mandiri, kemampuan para siswa MTs Qubbatul Islam tidak bisa diremehkan. Kepada Lombok Post ( Jawa Pos Group) dan sejumlah pegiat pendidikan, salah seorang siswa menunjukkan kebolehannya bercerita dengan menggunakan bahasa Inggris. Itu menjadi salah satu bukti bahwa SDM di Karang Taliwang mulai meningkat.
Hingga saat ini, total siswa di MTs Qubbatul Islam mencapai 62 orang dengan 14 tenaga pengajar. Mereka yang mengajar, ungkap Sumiati, tidak pernah mengharapkan balasan gaji. Mengingat pendanaan sekolah itu atas dasar sumbangan sukarela masyarakat.
’’Alhamdulillah, tidak terasa kami sudah berdiri tiga tahun dan siswa kami, kelas IX, sebentar lagi mengikuti unas di MTsN 2 Mataram. Semoga kami bisa meluluskan siswa dengan nilai yang memuaskan,’’ ungkapnya.(*/ r6/JPG/c23/diq)