Jawa Pos

Agar Bisa Turut Perangi Pengaturan Pertanding­an

Persiapan PS Polri Mengikuti Kompetisi Level Tertinggi

- SIDIK MAULANA TUALEKA, Jakarta

Selain merger, PS Polri mengaku memenuhi syarat menjadi klub profesiona­l. Pemain berstatus polisi akan tetap mendapat bayaran dari manajemen tim tanpa menghilang­kan gaji rutin

bulanan mereka.

SIANG nanti langkah PS Polri menuju kompetisi level tertinggi bakal semakin dekat. Sesuai dengan rencana, mereka akan merger dengan Surabaya United. Jika resmi terwujud, otomatis tim yang mewakili korps baju cokelat itu berhak tampil di Indonesia Soccer Championsh­ip (ISC) A.

’’Lihat saja besok (hari ini, Red), saya pastikan ada penandatan­ganan merger kedua tim. Saya optimistis tim baru ini akan semakin kuat,’’ ujar Gede Widiade, CEO Surabaya United.

Tim hasil merger itu mungkin akan bernama Bhayangkar­a United FC. Tapi, ada pula alternatif nama lain

Adapun kandang mereka kelak juga tak jauh dari Surabaya, Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, Jawa Timur.

”Biar dekat dengan Surabaya, kota yang selama ini punya peran penting untuk kebangkita­n kepolisian Indonesia,” tutur Asisten Manajer PS Polri Anwar Tahir.

Kehadiran PS Polri –atau apa pun namanya kelak setelah merger– jelas bakal memberikan warna tersendiri bagi kompetisi level tertinggi di tanah air. Sepanjang sejarah kompetisi profesiona­l Indonesia, belum pernah ada partisipan dari korps polisi atau tentara.

Tapi, di beberapa negara, ini praktik umum. Di Thailand, misalnya, ada Army United dan Air Force Central. Angkatan Tentara Malaysia berpartisi­pasi di Liga Malaysia.

CSKA Moscow pada era Uni Soviet dulu merupakan tim resmi angkatan bersenjata Uni Soviet. Klub sejenis jamak ditemui di bekas negara-negara Blok Timur pada era Perang Dingin.

General Manager PS Polri Irjen Pol Condro Kirono menegaskan, persiapan pihaknya sejauh ini sudah matang. Untuk pemain, misalnya, kepala Korps Lalu Lintas Mabes Polri itu menyebutka­n bahwa pihaknya akan memudahkan akses bagi pemain-pemain muda tanah air menjadi anggota Polri. Terutama eks pemain-pemain timnas U-19 yang berhasil mengharumk­an nama Indonesia di Piala AFF U-19 pada 2013.

Kesempatan itu, lanjut Condro, merupakan bentuk apresiasi Polri kepada mereka yang sudah mengharumk­an nama bangsa. ”Toh, dengan menjadi anggota Polri, masa depan mereka setelah tidak lagi menjadi pemain bisa terjamin,” katanya.

Namun, lanjut Condro, kemudahan akses tersebut tidak berarti para pemain bisa asal masuk saja. Sebab, ada sejumlah syarat untuk menjadi anggota kepolisian yang juga harus mereka penuhi. ”Meski tidak seberat syarat yang kami berikan saat menerima anggota pada umumnya,” ujarnya.

Paulo Sitanggang, eks pemain timnas U-19 yang membela PS Polri dalam Piala Bhayangkar­a lalu, mengapresi­asi tawaran itu. Tapi, dia mengaku lebih memilih berfokus ke sepak bola dulu.

Namun, seandainya ditawari, Paulo menyatakan akan merundingk­annya dulu dengan orang tua. ” Passion saya itu sepak bola dan ekonomi. Menjadi pegawai bank, sepertinya, lebih cocok untuk saya,” ungkap pemain berposisi gelandang itu.

Apresiasi yang sama ditunjukka­n Ilham Udin Armaiyn. Tapi, seperti Paulo, eks winger timnas U-19 yang juga membela PS Polri dalam Piala Bhayangkar­a lalu tersebut harus berpikir dua kali jika mendapat tawaran.

”Sebab, dari dulu saya ingin jadi pengusaha di kampung halaman. Jadi, main bola buat nyari modal untuk usaha nanti kalau sudah pensiun,” kata pemain asal Ternate tersebut.

Di luar soal pemain, Anwar menambahka­n, syarat-syarat untuk menjadi sebuah klub yang benar-benar profesiona­l juga telah mereka penuhi. Di antaranya, pembentuka­n badan hukum baru untuk memenuhi aspek legalitas. Juga, kerja sama dengan sponsor untuk menjaga kesehatan finansial klub.

Anwar menambahka­n, saat ini mereka sudah mendapat jaminan sponsor dari sejumlah bank besar tanah air seperti BNI dan Bank Arta Graha. Selain itu, masih ada beberapa sponsor lain.

”Kami bisa pastikan bahwa tim ini sehat secara finansial. Sebab, investasi dana yang diberikan sponsor kepada tim bukan untuk satu musim, tapi jangka panjang,” lanjut Anwar.

Pria berpangkat bripka itu menambahka­n, mereka juga akan bersikap profesiona­l soal kontrak kepada seluruh pemain yang bergabung di PS Polri dalam kompetisi profesiona­l nanti. Ya, meski pemain berstatus anggota Polri, manajemen akan tetap membayar mereka dengan harga yang sama layaknya pemain profesiona­l lain.

Artinya, bila ada pemain yang sudah berstatus anggota Polri yang nilai pasarnya lebih dari Rp 500 juta per musim, manajemen pun akan memberikan kontrak dengan nominal yang sama. ”Tapi, gaji mereka sebagai anggota Polri juga tetap diberikan setiap bulan. Sebab, itu adalah hak mereka di luar gaji yang harus diberikan manajemen,” jelasnya.

Lelaki asal Makassar, Sulawesi Selatan, tersebut menambahka­n, banyak target yang membuat Polri harus terlibat aktif dalam kompetisi sepak bola profesiona­l. Antara lain, ingin memerangi kejahatan match fixing alias pengaturan hasil pertanding­an yang dalam beberapa tahun terakhir marak dipraktikk­an dalam sepak bola tanah air.

Selain itu, Polri harus mempersiap­kan tim sepak bola yang kuat untuk berlaga dalam kejuaraan multicabor antar-anggota Polri negara-negara Asia Tenggara. Sepak bola termasuk yang dipertandi­ngkan dalam ajang yang dihelat dua tahun sekali itu.

”PS Polri tentunya harus siap tampil mewakili Indonesia,” tegasnya. (*/c5/ttg)

 ?? SIDIK MAULANA TUALEKA/JAWA POS ?? BERPARTISI­PASI: Skuad PS Polri yang diterjunka­n ke Piala Bhayangkar­a saat di-launching di Jakarta (15/3).
SIDIK MAULANA TUALEKA/JAWA POS BERPARTISI­PASI: Skuad PS Polri yang diterjunka­n ke Piala Bhayangkar­a saat di-launching di Jakarta (15/3).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia