Bawa Mobile Books Collection sampai Songket ke Sydney
Memulai sebagai Penulis, Anifatul Jannah Tebar Kebaikan lewat Buku Pada usia yang baru menginjak 22 tahun, Anifatul Jannah sudah punya segudang kesibukan. Kesibukan yang tidak sekadar memberikan keuntungan bagi diri sendiri. Tetapi, bermanfaat untuk lin
YANG muda yang berkarya. Itulah yang ditunjukkan Anifatul Jannah untuk memanfaatkan usia mudanya. Sejak duduk di bangku SMA di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al-Islam Ponorogo, pikiran Nifa –panggilan Anifatul Jannah– sudah berputar memikirkan rancangan masa depan. Mulai membuat program yang bermanfaat bagi banyak orang, membuka bisnis yang mengenalkan unsur budaya dan anak muda, hingga mengingat hal-hal kecil yang kelak membantunya untuk menulis novel.
”Puisi kamu bagus, cerpen kamu menarik, tulisan kamu mengalir,” begitulah kiranya pujian yang Nifa dapatkan dari temantemannya di SMA dulu. Pujian dan motivasi dari teman-teman Nifa itulah yang membuat Nifa lebih percaya diri untuk menulis. Pada 2011, Nifa lulus SMA dan melanjutkan studi di Jurusan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. Di sanalah gadis asal Dusun Gisik Kidul RT 02, RW 01, Tambak Cemandi, Sedati, Sidoarjo, itu mulai meraih satu per satu prestasinya. Bahkan, saat masih semester II dulu, dia berhasil me- launching dua novel sekaligus yang berjudul Ternyata
dan Sepenggal Kisah
Tidak puas dengan dua novel, Nifa melanjutkan menulis. Hari-harinya dipenuhi ide untuk menyusun satu per satu tulisan. Mulai tulisan kritis hingga tulisan cerpen ringan. Mulai yang dia unggah sendiri di blog hingga yang dia kirimkan ke media massa untuk dimuat. Tulisannya, antara lain, Keranjang Sampah di Kampus, Hindari Penggalangan Dana di Lampu Merah, Amal Tak Perlu Disiarkan, Karena Air Mata Ibu, dan Menanti Senyuman. ”Saya semakin semangat menulis jika tulisan saya dibaca,” katanya dengan semangat.
Kesibukan Nifa tidak hanya menulis. Sejak duduk di bangku kuliah, dia mulai merambah ranah yang lebih luas. Yakni, membuat program bisnis sosial untuk peningkatan budaya membaca dan bisnis songket. Dua kesibukan itu dilatarbelakangi panggilan hatinya untuk tetap peduli. Peduli warisan bangsa dan peduli kehidupan sosial sekitar
Bisnis dan membuat program bukan melulu soal keuntungan finansial. Melainkan juga bagaimana bisnis dan program itu bisa mengangkat budaya dan taraf kehidupan sosial.
Pada 2015, dia membuat program socialpreneur bernama mobile books collection (MBC). MBC merupakan program bagi siapa pun yang ingin membaca, tetapi tidak mempunyai buku. Nah, melalui MBC, remaja, anak-anak, atau siapa pun di daerah yang kekurangan buku dapat menghubungi MBC.
Dengan segera pihak MBC akan mendatangi rumah pemanggil untuk meminjamkan buku. ”Kami gunakan motor biar cepat mobilitasnya. Di belakang motor ada boks untuk membawa buku. Dari situlah istilah mobile muncul,” terang wisudawati terbaik nonakademik 2015 UIN Sunan Ampel Surabaya itu.
Konsep MBC tersebut berhasil meraih juara ketiga dalam ajang lomba business plan yang diadakan UIN Sunan Ampel Surabaya. Lomba tersebut juga bekerja sama dengan The University of Sydney, School of Business Australia, pada 2015. Dari apresiasi itulah, Nifa terus mengembangkan programnya. Dia berharap setiap orang, terutama di daerah-daerah, dapat difasilitasi untuk giat membaca. ”Selain mobile, kini kami memfasilitasi anak muda dengan forum membaca bersama di rumah saya untung memancing sejak dini gemar membaca,” ujar salah seorang pemenang Kompetisi 6 Top Blogger Moeslema.com pada 2015 itu.
Nifa tidak membiarkan waktunya melayang begitu saja. Selain sibuk MBC, dia merambah bisnis songket. Dia menyebut usaha songketnya dengan Songket Indonesia (Songiea). Bisnisnya berawal dari hobi utak-atik pakaian. Tujuannya, pakaian terlihat modis dan keren, namun masih tetap cocok untuk digunakan sehari-hari. Selain itu, Nifa berusaha mengubah persepsi masyarakat tentang songket. Persepsi bahwa songket hanya dapat digunakan sebagai pakaian resmi coba dia ubah menjadi songket yang cocok untuk anak muda. ”Saya padukan songket di lengan, leher, atau sekitar kancing baju,” jelas gadis kelahiran 2 Juni 1993 itu.
Saat diundang menjadi guest speaker di The University of Sydney, Australia, untuk mempresentasikan MBC, dia juga mengenalkan songketnya. Dia berharap songket Indonesia bisa mendunia. Hingga kini dia aktif mengenalkan songket lewat media sosial dan tulisan.
Ke depan dia semakin serius mengembangkan bisnis songketnya. Dia akan gencar mengenalkan songket ke luar negeri dengan memanfaatkan jaringannya di sana. Selain itu, dia akan menjadikan MBC bentukannya itu sebagai komunitas muda. Dia akan agar semakin banyak yang berperan. Dari kesibukannya tersebut, dia akan tetap melanjutkan menulis. ”Saya masih menyiapkan satu lagi tulisan dengan target best seller nasional,” ujarnya dengan optimistis. (*/c6/tia)