Bareng Vodka, Taklukkan Half Marathon
Yomi Wardhana, IndoRunners, sebelumnya rajin mengikuti maraton. Pada 2013, dia harus menjalani operasi jantung. Dokter sempat melarangnya berlari. Kini, justru lari menjadi terapi yang efektif untuk penyembuhan penyakit jantung yang dia derita. Bahkan, d
co-founder
race.
event
SEJAK muda, Yomi olahragawan sejati. Di usia belia, dia sudah mengenal olahraga sepatu roda. Bahkan, saat ikut orang tuanya pindah ke Jayapura, dia sempat mengikuti pra-PON XI di Jakarta pada 1985. Namun, selama berkuliah di Universitas Katolik Parahyangan, dia ganti haluan dengan menekuni taekwondo.
”Saat itu saya sudah sampai sabuk merah setrip satu,” kata Yomi kepada Jawa Pos di Jakarta Sabtu lalu (26/12). Selepas kuliah, dia memilih olahraga tenis untuk mengaktualisasikan diri. Tetapi, kondisi itu tidak berlangsung lama. ”Temanteman punya keluarga masing-masing dan saya tidak punya partner main,” katanya.
Dia tidak bisa menampik bahwa olahraga memang melekat pada kehidupannya sejak kecil. Karena itu, tidak heran kalau dia juga gandrung terhadap dunia lari. Khusus untuk lari, Yomi menjelaskan bahwa kegiatan tersebut mulai dijalani saat dirinya aktif menekuni cabang olahraga lain.
Bagi dia, lari merupakan puncak aktualisasi dalam mensyukuri kehidupan. Kala suka dan duka, semua diakhiri dengan berlari. ”Saya dapat gaji pertama, saya syukuri dengan berlari,” kenang pria 43 tahun itu.
Hingga pada 2007, saat menjalani tes di sebuah klinik telinga, hidung, dan tenggorok (THT), dia mendapati jantungnya bocor. Tamparan keras bak petir di siang bolong telak dirasakan Yomi. Antara tidak percaya dan penolakan dalam hati sempat dia rasakan.
Padahal, saat itu dia sudah dijadwalkan untuk mengikuti beberapa half marathon. ” Tetapi, saya sadar, semua ada batasnya,” terangnya. Dia memang intens turun di nomor half marathon (21 km) ketimbang full marathon (42,195 km). Enam tahun dia harus berlari dengan kondisi jantung yang bermasalah. Salah satu kenekatannya adalah turun di full
dalam event Bali Marathon 2013. Garagara memaksakan diri, kondisinya drop. Akhirnya, runner kelahiran 7 Februari 1972 itu menjalani operasi bedah jantung di Singapura pada 1 November 2013. Seharusnya Yomi pensiun berlari.
Dia terus berkonsultasi dengan dokter agar bisa kembali berlari. Berkat penanganan yang tepat, enam bulan pascaoperasi, Yomi sukses come back ke lintasan lari. Kondisi itu tidak lepas juga dari
bersama anjing labrador betina miliknya yang diberi nama Vodka Part 5 untuk recovery.
”Selama recovery, karena nggak ada teman latihan, saya ajak anjing saya untuk berlatih,” terangnya. Vodka menjadi teman setianya hingga saat ini, kala menjalani rutinitas lari.
”Kalau tidak ikut, Vodka saya ajak keliling kompleks rumah sebelum saya tinggal latihan lari,” ujarnya. Kapok dan sadar akan limit tubuhnya, Yomi akhirnya membatasi maksimal hanya turun di ajang half marathon.
Yomi memulai race dengan mengikuti nomor 5 km dan 10 km dalam berbagai event di Jakarta. Baru pada Desember 2014, dia turun di nomor
ajang bergengsi Singapore Marathon. Dia sukses mencapai finis meski
nya mendekati limit waktu yang disyaratkan. Juga, dalam event Jakarta Marathon 2015 pada Oktober lalu, dia kembali turun di nomor half
Kali ini catatan waktunya cukup mengagumkan, yakni 2 jam 29 menit 29 detik. Sebagai co-founder IndoRunners, Yomi juga kerap diundang di berbagai event lari.
Bagi Yomi, bisa turun di half marathon punya makna tersendiri buat kehidupannya. ” Half marathon itu sebut dia. Artinya, setelah melewati fase senang, baru merasakan sedikit sakit dan susah payah mencapai finis, lalu selesai.
Setiap tahun Yomi memeriksakan kondisi jantungnya ke Singapura. Dari pemeriksaan terakhir, dokter menyatakan bahwa kondisi jantungnya membaik. Selain karena dia menjalani hidup sehat, juga berkat latihan lari yang rutin.
Poin penting dari pengalaman Yomi, para pelari, terutama mereka yang masih pemula, seharusnya mengetahui kondisi masing-masing. Dalam berlatih dan memilih race yang akan diikuti pun, mereka harus lebih bijak. (nap/c11/tom)