Jawa Pos

Buruh Migran pun Bisa Jadi Pengusaha

Sharing dengan Pak Ci via Skype

-

JIKA buruh migran Indonesia ditanya tentang alasan betah di negeri orang, kebanyakan menjawab tidak tahu akan bekerja apa untuk mendapatka­n penghasila­n yang sama besar ketika pulang ke tanah air

Sesudahnya dia pun segera menyusul kedua buah hatinya untuk melompat ke perairan Teluk Bone.

”Saya hanya mengalungk­an pelampung itu, lalu menyusul mereka (lompat ke laut, Red). Namun, saya hanya bisa memegang pelampung Firdaus. Saya tidak bisa lagi menggapai Israfil karena diempas ombak,” kenangnya. Suryani terus berjuang memegang Firdaus. Meskipun dia tak rela, pilihannya hanya berusaha menyelamat­kan Firdaus.

Tapi, ombak yang menenggela­mkan KMP Marina Baru 2B Sabtu lalu (19/12) itu terlalu kencang untuk dia lawan. Tangannya pun hanya mampu memegang pelampung Firdaus. Israfil tidak lagi bisa dia jangkau.

Dengan suara tercekat, Suryani menuturkan horor Sabtu sore lalu itu di sela penerimaan santunan korban kecelakaan laut KMP Marina Baru 2B di PT Jasa Raharja Sulawesi Tenggara (Sultra) kemarin (27/12). Tuturannya tak lancar, kerap tiba-tiba terhenti. Mungkin karena masih sangat membekasny­a trauma akan tragedi yang total menewaskan 67 orang hingga kemarin itu. Apalagi, ada pengingat berupa luka di dagu yang belum kering betul.

”Teriakan histeris terdengar di mana-mana. Banyak orang terseret ombak. Israfil pun akhirnya lepas dari pandangan saya,” katanya seperti dilansir Kendari Pos ( Jawa Pos Group).

Bersama Firdaus yang baru berusia sembilan tahun, Suryani terombang-ambing di lautan. Sesekali mereka meneguk air laut untuk melepas haus. Namun, tidak banyak yang bisa mereka minum.

Mereka baru ditemukan Minggu (20/12) se- kitar pukul 10.00 Wita oleh sebuah kapal feri berwarna putih yang sedang melintas. Sekitar 19 jam sejak KMP Marina Baru 2B dikabarkan tenggelam pada pukul 15.30 Wita.

Wajar jika kemudian Firdaus menangis karena lapar dan dahaga. ”Dia (Firdaus, Red) sempat tidak sadarkan diri selama satu jam lebih. Untungnya, saat itu kami langsung ditemukan dan dibawa ke kapal feri itu,” terangnya.

Suryani berharap Firdaus, yang kemudian dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Djafar Harun, Kolaka Utara, bisa selamat. Tapi, harapan tersebut kandas. Buah hatinya itu mengembusk­an napas terakhir.

Suryani menuturkan, dirinya menaiki KMP Marina Baru 2B ke Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, untuk membesuk orang tuanya yang sedang sakit. Kedua anaknya diajak karena sudah lama tak bersua kakeknenek mereka.

Dari total 118 orang yang diangkut kapal itu, sudah 107 korban yang ditemukan tim gabungan yang terdiri atas anggota Basarnas, TNI, Polri, dan BPBD serta nelayan. Di antara 107 orang tersebut, 67 korban meninggal. Adapun sebelas orang lain masih dicari.

Di antara 67 korban meninggal tersebut, yang pertama ditemukan tim pencari adalah Siti Badriah. Bahrin Rais, sang suami, mengenang, sebelum kapal tenggelam, saudara sang istri, Rusdi Sair, yang naik kapal yang sama, mengontakn­ya.

Rusdi mengatakan bahwa KMP Marina Baru 2B mulai kemasukan air. Dia hanya meminta tolong untuk didoakan agar mereka selamat. Namun, ketika Rusdi menawari untuk bicara dengan sang suami, Siti menolak.

Bisa jadi karena Siti sudah sangat panik saat itu. ”Setelah menunaikan salat Asar, saya kembali menghubung­i handphone mereka secara bergantian. Handphone- nya aktif, tapi tidak diangkat-angkat juga,” kenang Bahrin.

Sekitar pukul 17.30 Wita, warga Konawe, Sultra, itu mencoba menghubung­i lagi keduanya, tapi handphone sudah tidak aktif. ”Setelah salat Magrib, saya gelisah dan memutuskan untuk ke Kolaka, mencari informasi. Mayat istri saya ditemukan sekitar pukul 11.00 Wita,” ungkapnya. Adapun jasad Rusdi baru teridentif­ikasi oleh tim DVI Polda Sultra kemarin.

Bahrin mengaku mendapat firasat kurang bagus sebelum keberangka­tan istrinya itu. Awalnya, Siti berencana berangkat ke Pangkep untuk menjenguk keluarga melalui transporta­si udara.

Tapi, rencana tersebut batal. Begitu pula rencana berangkat lewat darat. Padahal, menuju Pangkep lewat Siwa, jaraknya cukup jauh. ”Waktu saya antar, juga kok tiba-tiba tali fan belt motor saya rusak,” katanya.

Menurut Jumriana Mandasari Bahrin, anak Siti dan Bahrin, setelah dari Pangkep, sang ibu akan mengunjung­inya di Makassar. Jumriana saat ini menempuh pendidikan di Program Studi Bahasa Inggris PPS Unhas, Makassar.

Tapi, Siti tak pernah sampai ke Makassar. ”Padahal, rencananya, kami sama-sama pulang ke Konawe,” ujar Jumriana dengan sedih.

Kalau Jumriana hanya bisa meratapi rencana kepulangan­nya bersama sang ibu yang kini hanya tinggal kenangan, Suryani tetap memelihara impian bisa melihat Israfil lagi. Kemarin Tim DVI (Disaster Victim Identifica­tion) Polda Sutra memang mengidenti­fikasi jenazah dengan nama M. Israp asal Penanggo, Kolaka Timur.

Tapi, Suryani yakin bahwa itu bukan Israfil. ”Saya masih berharap Israfil ditemukan dalam keadaan selamat,” ucap dia. (*/JPG/c11/ttg)

 ?? MUHAMAD ALI/JAWAPOS ?? MOTIVASI BARU: Harun Hajadi dan Junita Ciputra (kiri) bersama puluhan buruh migran Indonesia di Taman Festival Walk, Hongkong, kemarin.
MUHAMAD ALI/JAWAPOS MOTIVASI BARU: Harun Hajadi dan Junita Ciputra (kiri) bersama puluhan buruh migran Indonesia di Taman Festival Walk, Hongkong, kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia