Mawar Merah untuk Suu Kyi di Parlemen
Hadiri Sidang Perdana Pasca Kemenangan NLD
YANGON – Parlemen Myanmar menggelar sidang perdananya pasca kemenangan Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) dalam pemilu sepekan lalu. Kemarin (16/11) wartawan mengelu-elukan kedatangan Aung San Suu Kyi di gedung parlemen. Namun, ikon demokrasi Myanmar itu memilih tidak melayani pertanyaan media. Dia hanya mau menerima dua kuntum mawar merah dari pendukungnya sebelum memasuki pintu gedung parlemen.
Win Htein, salah seorang jubir NLD, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap transisi pemerintahan. Sebab, setidaknya sampai Januari nanti, parlemen masih dikuasai partai politik (parpol) bentukan junta militer. Secara resmi, NLD baru memimpin pada Maret mendatang. ’’Kami sudah meramalkan bahwa transisi pemerintahan tidak akan 100 persen berjalan mulus,’’ ujarnya.
Senada dengan Win Htein, sejumlah petinggi partai yang lain juga memilih bersiap untuk menghadapi transisi yang alot. Apalagi, junta militer Myanmar dikenal suka memainkan trik politik demi bisa berkuasa lebih lama. ’’Kami khawatir sejarah akan terulang,’’ katanya merujuk pada kemenangan besar NLD pada 1990 yang lantas dianulir junta militer.
Pada 1990, pemilu 8 November memberikan kemenangan besar bagi NLD. Bahkan, partai berlambang bintang dan merak itu sukses meraup dukungan 80 persen suara, atau 10 persen lebih banyak ketimbang target. Berbekal kemenangan tersebut, NLD berhak menguasai majelis tinggi dan majelis rendah. Tapi, sesuai konstitusi, 25 persen penghuni majelis tinggi adalah orang-orang junta militer.
Sebagai penguasa, NLD berhak menentukan kandidat presiden. Rencananya, bursa presiden mulai dibuka pada Februari. Sejauh ini, NLD belum menyebutkan nama-nama kandidatnya. Yang jelas, mereka tidak akan mengajukan nama Suu Kyi karena terkendala konstitusi.
Hingga kemarin, Suu Kyi sudah melayangkan undangan kepada tiga tokoh Myanmar untuk membahas bursa presiden. Presiden Myanmar akan ditetapkan parlemen yang didominasi NLD lewat pemungutan suara. Dari tiga tokoh yang telah menerima undangan Suu Kyi, baru Shwe Mann saja yang merespons. Presiden Thein Sein dan Panglima Min Aung Hlaing belum menjawab.
Suu Kyi bakal bertemu dengan Shwe Mann pada Kamis. Selain pembahasan bursa presiden, perempuan 70 tahun itu hendak berdialog tentang konstitusi. Sebab, tidak hanya melarangnya menjadi presiden, konstitusi rancangan junta tersebut juga membuat proses serah terima pemerintahan menjadi lama dan alot. (AFP/RTR/BBC/hep/c23/ami)