Jawa Pos

Garam Melimpah, Pemkot Bangun Gudang

-

PAKAL – Musim kemarau menjadi berkah bagi para petani garam. Sebagian besar hasil panen kali ini ditimbun di gudang. Garam itu menjadi stok saat kebutuhan meningkat.

Kondisi tersebut tampak di Kecamatan Pakal. Tambak garam di Surabaya Barat itu merupakan wilayah penghasil garam terbesar di Surabaya. Lebih dari satu hektare lahan adalah tambak garam. Mayoritas petani merupakan warga Tambak Dono, Kelurahan Sumberejo.

Sapto, PPL ( petugas penyuluh lapangan) Dinas Pertanian Surabaya, menjelaska­n bahwa saat ini petani menimbun lebih banyak garam. ’’Kalau semua dijual saat musim panen, harganya malah rendah. Biasanya tunggu musim hujan, baru dijual,’’ katanya.

Garam tersebut disimpan di gudang penyimpana­n yang dibangun temporer di dekat tambak. Menurut Sapto, produksi garam selama musim kemarau ini cukup tinggi. Baik dari garam yang memakai geoisolato­r maupun tidak.

Harga jual garam di pasar mencapai Rp 300 hingga Rp 400 per gram. Jika garam dijual setelah musim panen raya, keuntungan yang diperoleh cukup banyak. ’’Harganya bisa naik Rp 50 hingga Rp 100. Sebab, saat hujan, garam jadi langka,’’ jelas Sapto.

Kabid Perikanan dan Kelautan Dinas Pertanian Surabaya Aris Munandar menambahka­n, pemkot saat ini menuntaska­n pembanguna­n gudang garam yang dimulai sejak tahun lalu. Pembanguna­n tersebut merupakan tahap kedua. Sebelumnya, pada 2014, pemkot membangun gudang seluas 10 x 10 meter persegi. Proyek itu menelan anggaran Rp 100 juta.

Bila pembanguna­n rampung, gudang garam di wilayah Sememi tersebut berukuran 20 x 50 meter persegi. Namun, menurut Aris, progresnya saat ini baru 10 x 50 meter persegi. Keberadaan gudang itu diupayakan bisa memfasilit­asi petani yang belum memiliki tempat penyimpana­n. ’’Kalau ditotal, mampu menampung 20.000 kilogram garam,’’ ungkapnya. Gudang tersebut tidak hanya digunakan petani Pakal, tetapi juga petani garam dari Benowo dan Asemrowo. (bir/c14/nda)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia