Dipantau Dokter hingga 18 Tahun
SURABAYA – Mulai kemarin (16/10) pasangan Hari Saputra dan Nia Rachmawati sudah bisa berku mpul dengan lima bayi kembarnya secara utuh. Anindya Ramadhani dan Annisa Ramadhani pulang ke rumah setelah dirawat selama 3 bulan 27 hari di NICU GBPT RSUD dr Soetomo. Seluruh tim dokter yang menangani bayi itu turut melepas kepulangan keduanya kemarin.
Ketika sampai rumah, Annisa dan Anindya langsung dipertemukan dengan tiga saudara kembarnya. Mereka adalah Rizky, Anindita, dan Naisha. Tiga bayi kembar itu tampak tenang dalam gendongan dua asisten rumah tangga dan keponakan Hari.
Lima bayi kembar tersebut sempat ditidurkan di satu tempat
Terlihat jelas ukuran tiga bayi yang sudah lama di rumah itu lebih besar daripada dua bayi yang baru saja keluar rumah sakit. Tiba-tiba lima bayi kembar itu menangis secara bersamaan. Hari dan keluarganya pun kelabakan. ”Pas masih tiga bayi juga seperti ini. Nangisnya selalu bersama-sama,” ujar Nia.
Untung, orang tua Hari yang berasal dari Padang datang untuk membantu. Nasrul Nazar, ayah Hari, menyatakan senang bisa bertemu dengan lima cucunya. Dia dan istrinya, Warnis, sudah 15 hari berada di Surabaya. ”Hari kedua di Surabaya, saya pergi ke GBPT untuk menjenguk Annisa dan dan Anindya,” kata Nasrul.
Dia mengatakan sangat terharu saat menjenguk cucunya di rumah sakit kala itu. Ketika memanggil dua nama cucunya yang berada di inkubator, ternyata bayi-bayi tersebut langsung menangis. Dia semakin tak tega ketika melihat cucunya menangis. ”Mungkin mereka ingin mengadu ke saya kalau ingin pulang seperti tiga saudaranya yang lain,” imbuhnya.
Sementara itu, tim dokter tidak lepas tangan meski mereka sudah tidak merawat para bayi. ”Kami akan memantau hingga usia 18 tahun,” ujar anggota tim dokter anak RSUD dr Soetomo dr Agus Harianto saat konferensi pers di ruang pertemuan GBPT RSUD dr Soetomo.
Dokter lain yang ikut merawat lima bayi kembar, dr Muhammad Firmansyah SpM, pun memberikan pesan khusus kepada Hari dan Nia. Dokter spesialis mata itu meminta Nia maupun Hari untuk merangsang kemampuan melihat bayi-bayinya. Caranya dengan menggerakkan objek yang berwarna-warni. ”Tapi, jangan yang berbunyi agar tahu respons melihatnya saja,” kata Firman.
Meski kelimanya sudah terbebas dari retinopathy of prematurity (ROP), dokter yang berpraktik di RSUD dr Soetomo itu menyarankan untuk tetap kontrol. Paling tidak dalam tiga bulan ke depan. Tujuannya, melihat perkembangan penglihatan lima bayi kembar. ”Bayi prematur itu juga rawan minus,” ujarnya.
Spesialis tumbuh kembang anak dr Ahmad Suryawan SpA(K) juga memberikan wejangan khusus. Nia maupun Hari diminta rajin mengajak lima buah hatinya berbicara. Tujuannya, meningkatkan ke- mampuan kognitif lima bayi kembar tersebut. ”Selain mengajak berbicara, bernyanyi pun bisa. Pokoknya seperti orang gila, ngomong terus,” ungkapnya.
Dia juga menyarankan Nia terus memberikan ASI. Sebab, ASI dinilai bisa membantu pertumbuhan dan perkembangan otak bayi prematur. Untung, Nia masih memiliki cadangan ASI yang cukup. ”Kalau tidak cukup, nanti kami memakai donor. Kami sudah mengonsultasikan dengan dokter anak,” ujar Hari.
Hari berharap dua bayinya yang baru pulang bisa tumbuh seperti tiga saudara kembarnya. Kini Rizky sudah bisa tengkurap. Naisha juga bisa melakukan hal yang sama meski belum sempurna. ”Kalau Nindya, dia sudah mulai ngoceh,” cerita prajurit TNI-AL itu. (lyn/c7/fat)
memorandum of understanding (MoU/nota kesepahaman) dengan Citraland perlu direvisi. Tujuannya, kesepakatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi. ”Kami harus duduk bersama untuk membahas hal itu,” tegasnya.
Pembantu Rektor II Unesa Tri Wrahatnolo MPd MT menambahkan, pihaknya tidak ngotot menutup jalan karena mempertimbangkan kepentingan umum. Selain itu, kepentingan warga Unesa telah dijamin kepolisian. ”Kami menjaga sinergitas antara aparat dan pemerintah. Kapasitasnya ini Unesa membantu pemerintah. Tidak semena-mena,” tegasnya. Saat ini, lanjut Tri, masyarakat dan para pihak tahu bahwa jalan tersebut aset Unesa, bukan jalan umum.