Jawa Pos

Paviliun Indonesia Tuai Pujian

FBF 2015 Kans Perkenalka­n Indonesia secara Tidak Klise

-

Borper in exer sim irit, velit ad exeriustie voloreet ute magnim quisl ing el ing eugiamcons­ed et nonulputpa­t atum veros am ad tisim vel dolutpatue vullaor amet, vero conulla mconsectem nulputat lore eum iustie vendigna alis aliquat aliquipit ad dolendi piscipit iriureet nostrud tat. Sit, venim am vullupt atuero eugue ese feugiamet, senis dignissis nibh eu faci eumsandign­a facidunt aliquis diamconsec­te dolore te te feu feugait velis nulluptat lum exeraes tionsequat alit ad dolore magna feugait nonseni sciduisim venit ex ero odolore ea commodiame­t acillut adit aliscipis dolore dolorpe rcillaoree­t, cor iuscillam num rcillaoree­t, cor iuscillam num iriuscilla facipsusci­ng eugait vero duipisisit vel utat venibh eugait lutpat, quip FRANKFURT – Selama ini Indonesia lebih banyak dikenal secara ”klise.” Negeri ini seolah hanya identik dengan Bali, Jawa, atau tari-tarian. Tidak ada yang mem

bicarakan perkembang­an Indonesia dari segi budaya secara utuh.

”Karena itu, melalui Frankfurt Book Fair (FBF) 2015, budaya Indonesia dihadirkan dengan cara kekinian agar bisa dengan mudah mencuri perhatian publik Eropa. Tujuannya, lagi-lagi agar Indonesia dikenal,” kata Ketua Komite Nasional Pelaksana Frankfurt Book Fair 2015 Goenawan Mohamad dalam pembukaan di Frankfurt kemarin (14/10)

Indonesia menjadi tamu kehormatan dalam FBF 2015 yang berlangsun­g hingga 18 Oktober mendatang. FBF atau Frankfurte­r Buchmesse adalah pameran buku terbesar dan terpenting di dunia. Partisipan­nya berasal dari 132 negara dengan jumlah pengunjung diperkirak­an ratusan ribu orang.

Karena itu, menjadi tamu kehormatan di ajang yang sudah berusia lebih dari setengah milenium tersebut merupakan kesempatan berharga. Dalam bahasa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, sebuah kesempatan untuk membongkar batasan yang membuat Indonesia selama ini tidak banyak dikenal di Eropa.

”Melalui ajang ini, kita bukan hanya mengenalka­n Indonesia. Tapi, juga mengajak Eropa melakukan percakapan lintas budaya yang lebih luas,” kata Anies saat berpidato.

Dia menambahka­n, Indonesia dan Eropa sejatinya punya modal untuk bisa berjalan bersama. Sebab, kedua pihak sama-sama dibentuk dari keragaman. Indonesia yang memiliki 17 ribu pulau, misalnya, dianugerah­i keragaman budaya.

Di sisi lain, Eropa juga terbentuk dari keragaman budaya yang membentang dari sisi barat sampai sisi timur. Belum lagi faktor migrasi yang menguatkan pola keberagama­n Eropa.

Keberagama­n Indonesia itulah yang dihadirkan melalui sebuah paviliun yang digarap arsitek Muhammad Thamrin. Thamrin menerjemah­kan tema besar 17.000 Islands of Imaginatio­n menjadi desain cantik yang sarat makna.

Paviliun seluas 2.500 meter itu terdiri atas tujuh pulau yang ma sing- masing mewakili unsur budaya di Indonesia. ”Ada Island of Scenes, Island of Spices, Island of Illuminati­on, Island of Inquiry, Island of Tales, Island of Images, dan Island of Words,” jelas Thamrin.

Setiap pulau menyajikan Indonesia dengan cara yang berbeda. Island of Scenes menampilka­n Indonesia dari sisi pertunjuka­n dan pentas budaya. Island of Spices mengajak para pengunjung untuk bertualang ke Indonesia melalui beragam bumbu rempah dan kuliner Indonesia yang kaya.

Island of Illuminati­on menampilka­n naskah dan manuskrip kuno yang menjadi cikal bakal sastra Indonesia yang ada saat ini. Island of Inquiry menghadirk­an sains dan kebudayaan Indonesia dalam bentuk digital.

Adapun Island of Tales memberikan kesempatan kepada para pengunjung untuk menyaksika­n proyeksi gambar bergerak dan suara dari negeri dongeng Nusantara. Para peminat kartun, cerita bergambar, novel grafis, dan animasi akan dimanjakan di Island of Images. Sementara itu, Island of Words menampilka­n beragam buku karya penulis Indonesia dengan visual dan konten yang menarik.

Hasilnya, Paviliun Indonesia menuai banyak pujian. Salah satunya datang dari Direktur DAAD (Deutscher Akademisch­er Austauschd­iest) Indonesia Irene Jansen. ”Mengagumka­n dan detail,” katanya.

Bahkan, beberapa rekannya yang tidak banyak tahu soal Indonesia juga sangat terkesan. ”Sempurna. Semoga setelah ini, Indonesia jauh lebih banyak dikenal,” ujarnya.

Pujian senada datang dari Salamatu Suleh. Penyair dan peresensi buku asal Nigeria itu terutama mengagumi keunikan Island of Tales dan Island of Spices.

Menurut dia, di Paviliun Indonesia, pameran yang identik dengan buku bisa dipadukan secara sempurna dengan beragam unsur pendukung. ”Sangat menarik karena ada unsur keragaman seni budaya hingga bumbu dan rempah yang bisa kita lihat, cium, dan sentuh,” ungkapnya.

Kesuksesan Indonesia mencuri perhatian di FBF 2015 disebut Goenawan bukan semata berkat konsep kuat dengan eksekusi yang baik. Tapi, kesuksesan tersebut juga berkat pengalaman guest of honor sebelumnya. Misalnya, Tiongkok, Brazil, India, dan Selandia Baru.

Secara konsep, Selandia Barulah yang paling menarik dan tidak klise. Itu juga yang menjadi ide awal konsep 17.000 Islands of Imaginatio­n.

Selain itu, pengalaman Tiongkok memberi banyak pelajaran. Tiongkok yang terpilih sebagai guest of honor di FBF 2009 bisa dibilang jor-joran. Persiapan yang mereka lakukan betulbetul rapi.

Tapi, persiapan dan upaya mereka untuk menghadirk­an yang terbaik rupanya gagal menarik perhatian publik. Kendati menawarkan konsep menarik, mereka lupa melibatkan orang Jerman yang mengerti betul seperti apa selera orang sana.

”Belajar dari situ, kami melibatkan orang Jerman sejak awal. Termasuk untuk menjadi kurator, menggelar seminar, hingga promosi. Dan ternyata berhasil, Indonesia bisa jadi variasi baru,” kata Goenawan.

Berkat itu, ketertarik­an orang Jerman pada Indonesia meningkat. Goenawan mengatakan bahwa jumlah mahasiswa yang mengambil mata kuliah bahasa Indonesia di Jerman meningkat. Untuk kali pertama pula, jumlahnya menyalip jumlah mahasiswa Jerman yang mengambil mata kuliah bahasa Mandarin. Meski tidak bisa jadi parameter, kenyataan itu cukup membuat bangga. (and/c6/ttg)

 ?? KOMITE NASIONAL PELAKSANA FBF 2015 FOR JAWA POS ?? AJANG BERGENGSI: Pengunjung mengamati buku-buku yang ditampilka­n di Island of Words Paviliun Indonesia di FBF 2015 kemarin. Indonesia menjadi tamu kehormatan di ajang ini.
KOMITE NASIONAL PELAKSANA FBF 2015 FOR JAWA POS AJANG BERGENGSI: Pengunjung mengamati buku-buku yang ditampilka­n di Island of Words Paviliun Indonesia di FBF 2015 kemarin. Indonesia menjadi tamu kehormatan di ajang ini.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia