Pemprov Susun Langkah soal Kekeringan
Krisis Air Terjadi di Jakarta
GAMBIR – Pemprov DKI Jakarta dituntut untuk memutar otak soal kerusakan pintu air Bendungan Pasar Baru, Kota Tangerang. Sebab, jika terus berlangsung, kondisi itu mengganggu pasokan air bersih bagi warga Jakarta, khususnya yang tinggal di wilayah Jakarta Barat. Sejauh ini, sejumlah keluhan mengenai besaran debit dan berkurangnya jam-jam air mengalir mulai dilontarkan.
Tetapi, Dinas Tata Air Pemprov DKI Jakarta sudah menyusun sejumlah rencana antisipasi. Kepala Dinas Tata Air DKI Tri Djoko Sri Margianto mengungkapkan, kerusakan pintu air Bendungan Pasar Baru tidak boleh disikapi dengan saling menyalahkan. Apalagi, lokasinya berada di luar DKI, yakni Kota Tangerang. Dia menilai yang terjadi terhadap tempat tersebut merupakan musibah alam, bukan human error.
Soal potensi kekeringan yang makin mengancam warga di wilayah Jakarta Barat karena insiden itu tetap tidak bisa direspons secara berlebihan. ’’Kekeringan itu kan siklus. Setiap tahun terus berulang. Ada musim hujan, ada pula musim kemarau,’’ kata dia kepada Jawa Pos, Rabu (19/8).
Dari hasil koordinasi lembaganya dengan Pemerintah Daerah Tangerang, pria yang akrab disapa Tri itu menjelaskan, pihak terkait yang bertanggung jawab soal bendungan tersebut mengerjakan tempat itu kemarin. Pengerjaannya diharapkan cepat selesai sehingga pasokan air baku di tempat tersebut mulai normal kembali pada pekan depan. ’’Bahkan, saya dengar (kemarin sore) airnya mulai naik lagi. Jadi, warga yang di Jakarta Barat yang mengalami defisit air tidak perlu risau,’’ paparnya.
Mantan bupati Kepulauan Seribu itu menilai, mulai saat ini pemprov harus memikirkan solusi jangka panjang soal potensi kekeringan. Pihaknya pun sudah menyusun beberapa program jangka panjang berupa pembangunan Bendungan Karian di Pangedlang, Banten. Pemprov menargetkan suplai air baku dari bendungan tersebut sekitar 3 meter kubik per detik. Bahkan, dua tahun ke depan Jati Luhur juga ditargetkan bisa menyuplai air baku hingga 5–6 kubik per detik melalui pipa sendiri. ’’Kalau Bendungan Karian, kami belum bisa tentukan waktunya. Cuma sekarang terus didalami,’’ tegas dia.
Selain jangka panjang, Tri telah merancang strategi jangka pendek. Misalnya, memanfaatkan air dari sungai-sungai di Jakarta sebagai bahan air baku. Salah satu air sungai yang dimaksud adalah air di Kali Sunter, Jakarta Utara. Bukan hanya itu, beberapa situ (waduk) di Pondok Rangon, Jakarta Timur, juga akan didesain sebagai tempat untuk suplai air baku.
Pihaknya bakal melibatkan PDAM untuk merealisasikan program tersebut. ’’Waduk Krukut juga 13 hektare kita akan buat semacam situ untuk penampungan air. Jadi, semua sudah kami persiapkan,’’ jelas Tri.
Secara terpisah, Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama mengungkapkan, dirinya sudah berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BBWSCC) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) untuk menyelesaikan kerusakan pintu air 10. Hasilnya, mereka sanggup menyelesaikan segala kerusakan kemarin. Dengan demikian, persoalan kebutuhan air bersih di Jakarta tidak akan terganggu lagi seperti yang terjadi sepekan terakhir. Khususnya warga yang tinggal di wilayah Jakarta Barat. ’’Pak Iskandar (kepala BBWSCC) sudah janji hari ini (kemarin) perbaiki pintu air 10 karena bocor,’’ kata dia singkat.
Sebagaimana diketahui, karena kerusakan Bendungan Pasar Baru, debit air Kali Cisadane turun drastis. Akibatnya, PDAM Tirta Kerta Raharja kekurangan pasokan air baku. Kondisi tersebut secara tidak langsung mengancam warga Jakarta yang tinggal di Jakarta Barat. Sebab, 34 persen kebutuhan total air baku yang diolah PT PAM Lyonnaise Jaya (PT Palyja) menjadi air bersih berasal dari PDAM Tirta Kerta Raharja. Bila kerusakan pintu air Bendungan Pasar Baru tidak mampu diselesaikan, PDAM Tirta Kerta Raharja akan menghentikan suplai air baku untuk PT Palyja. (fai/c19/ano)