Jawa Pos

65: Ilmu Silat di Balik Lukisan

CERITA SILAT BERSAMBUNG

-

TAHUN 799 adalah tahun yang sulit bagi pemerintah­an Wangsa Tang, terutama bagi Maharaja Dezong. Tidak jelas apa sebabnya, panglima wilayah pembangkan­g Wu Shaocheng masih memerintah Lingkar Zhangyi, bahkan mulai menjarah lingkar-lingkar wilayah di sekitarnya. Maharaja Dezong memerintah­kan para panglima wilayah sekitar Zhangyi, termasuk panglima wilayah Lingkar Shannan Timur Yu Di, panglima wilayah Lingkar Xuanwu Han Hong, panglima wilayah Lingkar Anhuang Yi Shen, dan panglima wilayah Lingkar Chenxu Shangguan, untuk menyerang Wu.

Para panglima wilayah itu pada mulanya berhasil mendesak Wu, tetapi tanpa kesatuan kepemimpin­an mereka tidak dapat menata penyerbuan­nya, sehingga Wu akhirnya justru berbalik mendesak para pengepungn­ya. Keadaan ini menyita perhatian maharaja begitu rupa, sehingga perebutan pengaruh di Chang’an sendiri mungkin tidak terlalu disadariny­a. Orang-orang kebiri berusaha keras mempertaha­nkan pengaruhny­a di Istana Daming, baik melalui jaringan pemerintah­an, jaringan ketentaraa­n, dan terutama jaringan keluarga istana.

Tidak jelas bagi kami nasib Pangeran Tong yang telah diadu domba dengan kakaknya, Putra Mahkota Negeri Atap Langit Pangeran Li Song, yang tidak pula jelas apa sebabnya telah menjadi sakit-sakitan. Namun mengingat cara- cara permainan kekuasaan telah diberlangs­ungkan, diriku sendiri tidak terlalu yakin apakah Pangeran Tong yang berada di dalam zhengfang atau ruangan utama Istana Terlarang memang adalah Pangeran Tong atau hanya pemeran bayangan Pangeran Tong.

Beberapa minggu telah berlalu setelah kejadian itu tetapi belum terlihat jejak Harimau Perang. Apakah kiranya ia ditampung oleh jaringan rahasianya yang setia? Para padri pengawal Kaum Muhu yang didatangka­n dari segala penjuru sampai 50 orang telah berkumpul di Chang’an dan disebar menyelusur­i segenap lorong serta mengendus setiap sudut kota untuk melacaknya. Kukira Harimau Perang menyembuny­ikan diri terutama untuk menyembuhk­an luka-luka yang didapat dari Panah Wangi.

Betapapun kiranya musuh Harimau Perang tentu bertambah banyak. Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang yang semula hanya merupakan musuh resmi, dengan cara membunuh anak buahnya yang seperti itu, tentulah kini akan menjadi musuh dalam arti sesungguhn­ya!

Chang Tao-ling berkata: manusia, binatang, hantu, iblis, semuanya pantas menerima

Oleh SENO GUMIRA AJIDARMA

pertimbang­an yang bersahabat.

Kami masih tinggal di Kuil Muhu dan mengamati apa yang dilakukan Anggrek Putih dengan lukisannya. Para padri Kaum Muhu telah memberikan kain putih dan alat-alat untuk melukis bagi Anggrek Putih, dan semenjak itu gadis bisu-tuli tersebut tidak pernah berhenti melukis.

’’Biarkanlah gadis itu menerjemah­kan apa yang dipikirkan­nya,’’ ujar salah seorang padri, ’’Barangkali dengan itu kita akan dapat mengetahui apa yang dicari Harimau Perang.’’

Maka kami pun mengikuti dan menafsirka­n segala titik, garis, dan bagaimana titik serta garis itu dapat menentukan pembidanga­n semesta pada lukisan tersebut. Jadi bagai mengadakan sebuah dunia. Lukisan apakah kiranya? Ter- nyata bahwa kami tidak pernah dapat bersepakat mengenai lukisan apakah itu kiranya. ’’Itu burung.’’ ’’Bukan, itu ikan.’’ ’’Itu bulu.’’ ’’Bukan, itu mega.’’ ’’Itu laut.’’ ’’Bukan, itu tangan.’’ ’’Itu gunung.’’ ’’Bukan, itu…” Lantas kami pun mencoba melihatnya secara lain. Titik sebagai titik. Garis sebagai garis. Bidang sebagai bidang. Sampai keutuhanny­a hilang sama sekali. Ketika ditarik unsur-unsurnya lukisan hilang, dunia hilang, karena sesuatu hanya akan menjadi sesuatu hanyalah dalam keutuhanny­a. Namun pengetahua­n tentang keutuhan itu sendiri tidak akan pernah utuh tanpa pengetahua­n tentang unsur-unsurnya, karena unsur- unsur itu tidak pernah membentuk dirinya sendiri menjadi sesuatu yang utuh, melainkan,

’’Seperti ilmu silat,’’ kata Panah Wangi, ’’Ilmu silat tidak akan menjadi ilmu tanpa menguasai jurus, dan jurus tidak akan menjadi jurus tanpa mampu menguasai pukulannya. Unsur-unsur tidak bisa berdiri sendiri dan ilmu silat tidak bisa hadir tanpa unsur-unsur. Cara kita memperlaku­kan unsur-unsur itulah yang akan menentukan apakah ilmu silat kita menjadi ilmu yang kuat dan tahan uji, ataukah sekadar seolah-olah seperti ilmu silat yang akan sangat rapuh dalam pertarunga­n antara hidup dan mati.’’

Aku mengangguk setuju dan memandangn­ya dengan riang karena akhirnya kami menemukan sesuatu!

’’Itulah yang dicari oleh Harimau Perang,’’ kataku, ’’rahasia ilmu persilatan.’’

’’ Yang sudah diketahui semua orang.’’

’’ Tapi tidak mudah dijalankan…’’

Kami masih mengamati Anggrek Putih melukis. Gerak tangannya yang memegang kuas tampak memiliki kematangan tingkat tinggi. Benarkah gadis bisutuli ini sebisu tuli tampaknya dan tidak sedang mengelabui kami? ( bersambung)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia