Pertamina Tambah Pasokan BBM dan Elpiji
JAKARTA – Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji selama Ramadan diperkirakan meningkat. Puncaknya adalah menjelang dan beberapa hari sesudah Lebaran. Untuk mengamankan distribusi BBM serta elpiji ke masyarakat, PT Pertamina menambah pasokan sebanyak 10–15 persen dari hari normal.
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menjelaskan, pihaknya akan membentuk posko satgas BBM dan elpiji. Satuan itu ditempatkan di kantor pusat dan seluruh region Pertamina. ”Untuk memastikan masyarakat bisa mendapatkan pasokan dengan baik di lapangan,” ujarnya kemarin (19/5)
Beberapa strategi sudah disiapkan BUMN energi tersebut untuk menyambut Ramadan dan Lebaran. Untuk distribusi BBM, misalnya, truk tangki akan disiagakan di tempat-tempat strategis yang tidak terlalu jauh dari SPBU. Jadi, begitu ada yang kekurangan, truk itu bisa dengan cepat menambah suplai. ”Tidak perlu khawatir truk akan terjebak di jalur mudik yang padat,” tutur Wianda.
Cara yang sama dilakukan untuk distribusi gas dalam tabung kemasan 3 kg maupun 12 kg. Stok di SPPBE ditambah dan kantong skid tank disediakan di jalur tertentu. ”Terutama di kawasan pantura dan jalur selatan. Khusus di Jawa Tengah, disiagakan 14 kantong skid tank,” jelas dia.
Pertamina tidak membedakan treatment antara elpiji subsidi dan nonsubsidi. Sama-sama ditambah untuk memastikan stok di kawasan yang diduga meningkat penggunaannya aman.
Perusahaan pimpinan Dwi Soetjipto itu memprediksi peningkatan konsumsi energi meningkat pada H-10 sampai H+10. Beberapa kawasan yang diberi perhatian khusus adalah jalur pantura, jalur selatan, jalur tengah, Banyuwangi, arah penyeberangan ke Bali, dan arah Merak menuju Sumatera.
SBY Klarifikasi Pada bagian lain, mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merasa terpojok atas wacana pembubaran Pertamina Energy Trading Ltd ( Petral). Pasalnya, pembubaran itu dikait-kaitkan dengan era pemerintahannya yang dituduh tidak berdaya melawan Petral. Padahal, berbagai upaya untuk membubarkan anak perusahaan Pertamina tersebut sudah berkali-kali diusulkan.
Pemicunya adalah pernyataan Menteri ESDM Sudirman Said dan mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas (RTKM) Faisal Basri yang menyebut pembubaran itu karena pengaruh mantan RI-1. Sudirman memang tidak spesifik menyebut SBY, tetapi para pejabat yang berada pada era kepemimpinannya, misalnya mantan Dirut Pertamina Karen Agustiawan dan eks Menteri BUMN Dahlan Iskan.
Melalui akun Twitter- nya, @ SBYudhoyono, SBY menyayangkan ucapan Sudirman. Dalam serial tweet- nya, SBY menegaskan tidak pernah menghalangi pembubaran Petral. Alasannya, tidak pernah ada pengajuan yang disampaikan kepada dirinya. ”Sudah termasuk fitnah dan pencemaran nama baik. Saya menunggu klarifikasi dari pihak-pihak yang menyebarkan,” katanya.
Menanggapi hal itu, Sudirman Said memilih tidak secara langsung menanggapi protes SBY yang menyebut dirinya telah melakukan fitnah terkait proses pembubaran Petral. Dia hanya menyinggung situasi pengelolaan migas pada masa lalu yang tentu diketahui secara persis oleh para pengelola, pemerintah, dan berbagai stakeholder lainnya.
Tak terkecuali hal-hal yang berkaitan dengan Petral. Tanpa menunjuk siapa dan apa yang dimaksud, Sudirman menegaskan, tidak ada keputusan besar dan penting terkait migas yang tidak melibatkan pimpinan tertinggi negara. ”Begitu pun pada waktu saya memutuskan atau mendorong keputusan pembubaran Petral,” tuturnya. (dyn/ dim/bay/byu/c9/kim)