Jawa Pos

Gaet Petani untuk Jaga Suplai Sapi Lokal

Kiat Bisnis Berbasis Kemitraan PT Great Giant Livestock Company

- JANESTI PRIYANDINI, Lampung Tengah

Perusahaan penggemuka­n sapi di Lampung Tengah, PT Great Giant Livestock

Company (GGLC), mengembang­kan model bisnis

berbasis kemitraan. Hal itu dilakukan untuk menambah

suplai lokal sapi potong.

PILOT project GGLC untuk menyehatka­n sapi potong tersebut berada di Desa Bandar Rejo, Kecamatan Way Pengubuan, Lampung Tengah. Di desa yang sudah mengalami pemekaran sehingga menjadi Desa Putra Lempuyang dan Desa Lempuyang Bandar itu, GGLC mengajak para petani sebagai mitra dalam pilot project yang sudah berlangsun­g selama dua tahun tersebut. Memang, papar Direktur PT GGLC Dayu Ariasintaw­ati, sasaran pihaknya adalah petani. ”Tujuan kami ke depannya agar mereka menjadi peternak sapi,” katanya di Kantor GGLC, Lampung Tengah, Kamis (7/5).

Sistem yang mereka terapkan sederhana. Mereka menyeleksi petanipeta­ni yang layak untuk diajak bermitra. Lalu, para petani tersebut diberi modal dua sapi untuk dipelihara. GGLC kemudian menggunaka­n pendekatan kelompok. ” Basic- nya, yang kami pilih adalah petani yang punya lahan sehingga bisa melakukan farming,” terangnya.

Dalam praktiknya, setiap petani mendapat dua sapi betina bunting dari GGLC. Tanggung jawab mereka adalah memelihara dan menggemukk­an sapi tersebut. ”Kami menyediaka­n konsentrat tambahan untuk pakan, obat-obatan, juga inseminasi buatan (IB). Sementara untuk hijauan, petani yang menyediaka­n,” tutur alumnus Universita­s Brawijaya, Malang, itu.

Keuntungan petani, kotoran sapi bisa dimanfaatk­an sebagai pupuk organik. Lalu, mereka juga bisa memiliki sapi tersebut. ”Anak sapi yang dilahirkan, satu untuk kami dan satu lagi untuk mereka,” lanjutnya. Petani boleh memilih yang mana yang akan dimiliki. Tapi, pihak GGLC menyaranka­n mereka untuk memiliki anakan betina karena bisa dikembangb­iakkan lagi.

Ketika memulai proyek itu, GGLC memberikan 36 sapi betina bunting kepada 18 petani. Nilai investasi waktu tersebut sekitar Rp 1 miliar. Saat ini sudah ada 106 sapi yang didrop kepada petani dengan total nilai investasi Rp 2,65 miliar.

Jika mereka berhasil dengan dua sapi pertama, pengimpor sapi Australia terbesar ketiga di Indonesia itu akan menambah jumlah sapi. Tetapi, bila ada salah satu anggota kelompok petani yang ”nakal”, GGLC akan menarik semua sapi yang telah diberikan. ”Supaya mereka juga bersungguh-sungguh. Karena investasi kami besar dan itu berasal dari kami sendiri,” tegasnya.

Salah seorang petani yang menjadi mitra, Sungkono, dari Kelompok Tani Utama Jaya Desa Putra Lempuyang, mengatakan bahwa saat ini desanya sudah didrop 70 sapi. ”Sudah banyak yang beranak dan bunting lagi sapinya,” terang dia. Awalnya, program tersebut diujicobak­an kepada lima petani. Sekarang, total sudah 49 petani yang bergabung.

GGLC, yang merupakan bagian dari Gunung Sewu Group, saat ini memiliki 26 ribu sapi di feedlot (area penggemuka­n). Dari total tersebut, ada sekitar 2.500 indukan.

Setiap bulan GGLC menyuplai 5 ribu–7 ribu sapi ke pasar. Pelanggan mereka berada di wilayah Sumatera dan Jawa. Salah satu tujuan mereka menerapkan model bisnis kemitraan lokal adalah menjaga suplai sapi. Sebab, jika impor, ada risiko currency hit. ”Itu luar biasa loh. Dari Australia murah, tapi sampai sini jadi mahal karena currency,” terangnya. (*/c11/tia)

 ?? JANESTI PRIYANDINI/JAWA POS ?? integrity BREEDING: Direktur PT GGLC Dayu Ariasintaw­ati di lokasi breeding. Anakan sapi yang berusia lebih dari enam bulan dipisahkan berdasar jenis kelamin.
JANESTI PRIYANDINI/JAWA POS integrity BREEDING: Direktur PT GGLC Dayu Ariasintaw­ati di lokasi breeding. Anakan sapi yang berusia lebih dari enam bulan dipisahkan berdasar jenis kelamin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia