Waktunya Mengajari Anak Bermain Ski sejak Dini
Orang Finlandia tidak bisa lepas dari olahraga di atas salju. Bahkan untuk kegiatan sehari-hari. Karena itu, sejak kecil, anak-anak di negara dekat Kutub Utara tersebut dilatih bermain ski. Berikut catatan wartawan Jawa Pos CANDRA KURNIA yang pekan lalu m
DALAM survei Komisi Eropa pada 2010, Finlandia adalah negara pemuncak dengan masyarakat paling aktif berolahraga di Eropa. Di antara seluruh populasi orang dewasanya, 90 persen berolahraga minimal dua kali seminggu. Bahkan, 50 persen di antaranya sam pai empat kali dalam sepekan.
Antusiasme tersebut sangat terasa ketika saya yang sedang mengikuti kegiatan Fastron Winter Driving (FWDE) di Lapland, kawasan Levi, Finlandia, menyaksikan ratusan keluarga datang dari berbagai penjuru negeri di Eropa Utara itu lengkap dengan perlengkapan ski mereka. Sebagian yang lain memilih menyewa perlengkapan di tempat jasa persewaan di sekitar resor.
Minggu lalu adalah hari libur untuk berolahraga atau sport holiday bagi warga Finlandia Selatan
Dalam sepekan, seluruh sekolah akan tutup untuk memberikan kesempatan kepada keluarga mengajak anak-anak berolahraga pada musim dingin.
Seminggu sebelumnya, sport holiday berlaku untuk warga Finlandia Tengah dan seminggu sebelumnya lagi untuk warga Finlandia Utara. Jadi, selama Februari, ada tiga minggu yang dikhususkan untuk sport holiday yang pembagian waktunya berdasar zona wilayah.
”Begitu liburan dimulai, tempat ini bakal dipenuhi pengunjung lokal. Kebanyakan adalah para orang tua yang membawa serta anak-anaknya,” kata Yawnaa, salah seorang karyawan di Levi Sport Resor, saat berbincang dengan saya.
Menurut Yawnaa, ski adalah olahraga wajib yang mesti dikuasai warga Finlandia, baik laki-laki maupun perempuan. Sebab, hidup mereka tidak pernah lepas dari salju. Mau tidak mau, mereka harus bisa berjalan di atas salju dengan menggunakan peralatan ski.
Karena itu, bila waktu sport holiday tiba, keluarga-keluarga di sana memanfaatkannya untuk melatih anak-anak mereka bermain ski sejak dini. Di Indonesia, mungkin seperti orang tua yang melatih anak-anaknya naik sepeda. ”Anak-anak belajar ski sejak umur 2 tahun. Kamu mungkin akan terkejut melihat mereka. Sebab, anak-anak itu sangat cepat dalam belajar,” ungkap Yawnaa.
Pernyataan Yawnaa itu memang benar. Sangat banyak anak balita yang dibawa orang tuanya hari itu. Mereka datang untuk mengikuti paket latihan kilat bersama instruktur profesional. Sebagian lagi dilatih langsung oleh orang tua mereka.
Levi Ski Resort dibagi menjadi empat zona. Yakni, untuk pemula, intermediate, expert atau ahli, dan ski jumping. Bagi pemula, mereka akan dilatih instruktur untuk belajar berjalan dan meluncur di atas salju. Lokasi latihannya di bagian paling bawah bukit.
Selanjutnya, kelompok intermediate naik ke bukit es dengan menggunakan tangga berjalan atau eskalator. Lalu, mereka meluncur dari ketinggian sekitar 4 meter ke bawah. Sementara itu, pemain ski profesional bisa memanfaatkan cable car atau gondola yang akan mengangkut mereka menuju perbukitan dengan kemiringan 45 derajat.
Selain gondola, para pemain bisa menggunakan mesin pengerek yang disangkutkan pada pinggang yang akan membawa mereka ke puncak bukit. Dengan dua moda transportasi tersebut, para pemain tidak perlu berebut untuk bisa menuju ke lokasi permainan. Padahal, setiap hari bisa ratusan orang yang menuju ke zona profesional itu.
Selain berolahraga ski, ada warga yang datang hanya untuk berekreasi. Mereka bermain papan seluncur dari ketinggian tertentu. Dengan duduk di papan plastik yang berbentuk seperti perahu, mereka meluncur. Permainan tersebut cukup mengasyikkan.
Saya sempat merasakan sensasi meluncur di atas es salju itu. Rasanya seperti membalap di jalan raya. Sebab, begitu didorong, papan akan melesat kencang. Kalau tidak bisa mengontrol, kita bisa terjatuh atau terjerembap.
Hiburan lainnya adalah menyaksikan siaran langsung perlombaan/pertandingan berbagai cabang olahraga di atas salju. Umumnya disiarkan lewat televisi. Orang Finlandia bisa menghabiskan waktunya berjam-jam untuk menyaksikan jalannya perlombaan atau pertandingan hoki es sampai akhir.
Timo Kivianta, pemandu wisata rombongan dari Indonesia, mengungkapkan, warga Negeri Seribu Danau itu punya standar tinggi dalam olahraga. ”Mereka akan melakukannya dengan baik atau tidak sama sekali,” tuturnya.
Orang Finlandia juga selalu memegang filosofi tradisional ”sisu” dalam kehidupan mereka. Sebuah pandangan hidup yang menggabungkan semangat pantang menyerah, keberanian, dan determinasi tinggi. ”Itu pula yang membuat kami menjadi bangsa yang tidak pernah terjajah,” tandas Kivianta.
Pantas jika Finlandia menelurkan banyak atlet ski dunia. Sebut saja Teemu Selanne dan Saku Koivu sebagai pahlawan hoki es. Kemudian, Laura Lepisto dan Kiira Korpi untuk ice skating.
Dalam beberapa tahun belakangan, pemerintah Finlandia semakin getol memajukan bidang olahraga dengan program ”Ready, Steady, Go! Finland”. Misinya, mendorong perusahaan dalam negeri melakukan inovasi besar-besaran di bidang produksi aksesori dan jasa olahraga. Mereka juga diminta mendukung atlet lokal untuk bisa berbicara di panggung internasional. (*/c5/ari)