Jawa Pos

Lewat Whatsapp, Orang Tua Tahu Perkembang­an Anak

-

Tengok saja Angels n I Children Day Care. Tempat penitipan anak di Ngagel Madya Utara itu cukup besar. Luas bangunanny­a sekitar 250 meter persegi. Bangunan tiga lantai tersebut berada di sudut jalan.

Sebagaiman­a namanya, pengunjung bakal merasa masuk ke dunia anak-anak. Aroma parfum anakanak berpadu dengan dekorasi warna-warni bergambar kartun. ”Namanya juga day care, biar anak-anak betah, dekorasi harus disesuaika­n,” ucap dr Inna Widjajanti, salah seorang owner Angels n I Children Day Care.

Di lantai bawah, antara lain, ada ruangan perpustaka­an, ruangan belajar, dan dapur. Juga ada satu ruangan yang fungsinya lebih fleksibel. Ruangan itu bisa digunakan untuk baby gym (senam bayi) atau brain gym (senam ringan untuk balita). Menurut Inna, gerak senam itu efektif merangsang otak agar tumbuh maksimal.

Menuju ke lantai 2, ada tangga dengan pagar kecil. ”Harus selalu ditutup. Yang lupa tidak menutup tangga nanti kena denda,” ucap Inna. Selama naik turun tangga, anak-anak harus didampingi

nanny mereka.

Di lantai 2 itu ada ruangan istirahat. Ruangan untuk bayi dan anak-anak tentu saja dipisah. Di ruangan bayi ada delapan boks bayi yang berderet rapi lengkap dengan mainannya. Sedangkan di ruangan istirahat anak, kasur yang mirip matras dijajarkan berdiri. ”Kalau waktunya tidur, kasur baru digelar,” tutur alumnus FK Universita­s Brawijaya tersebut.

Ruangan terbesar adalah hall. Cermin besar menempel sepanjang dinding. Mirip sanggar tari. Perbedaann­ya, di ruang itu banyak mainan. Menurut Inna, hall tersebut sangat multifungs­i. Bisa digunakan sebagai ruang bermain atau belajar anak-anak.

Nah, di lantai 3, masih terdapat ruangan yang murni disediakan sebagai playground. Setiap ruangan dilengkapi dengan CCTV untuk merekam rutinitas sehari-hari. ”CCTV kan untuk antisipasi. Tapi, semoga tidak pernah terpakai,” ujarnya, lalu tersenyum. Ya, rekaman CCTV memang baru dibuka kalau ada keganjilan atau hal-hal tak diinginkan lainnya.

Membuat day care dengan fasilitas komplet memang cita-cita Inna sejak lama. Dia berangkat dari pengalaman pribadinya, sulit mencari day care yang sesuai dengan keinginann­ya. ”Dulu saya terpaksa menyewa babysitter. Tapi tidak lama,” ucap Inna. Sebab, ada kejadian yang membuatnya tidak memercayai babysitter. Karena itu, dia lantas memasukkan anaknya ke salah satu tempat penitipan anak.

Pada 2011, bersama suami dan seorang teman yang juga dokter, Inna mendirikan Angels n I Children Day Care. Ada tiga kategori anak yang bisa masuk ke tempat tersebut. Yang pertama usia 0–2 tahun. Untuk usia itu, seorang nanny (pengasuh) maksimal menjaga dua bayi.

Setelah itu, ada kategori umur 2–6 tahun. Pada kategori tersebut, seorang nanny menjaga maksimal enam anak. Kategori terakhir adalah anak berumur 6–12 tahun. Karena anak sudah relatif mandiri, seorang pengasuh bisa menjaga 10–15 anak.

Kalau anak sudah bersekolah, selama di day care mereka wajib merampungk­an PR dari guru di sekolah. Biasanya, itu dilakukan setelah bangun dari tidur siang dan mandi. Mereka dibantu Lina Sandrawati, penanggung jawab rumah day care, alumnus Psikologi Ubaya. Setelah mengerjaka­n PR, anak-anak yang sudah bisa menulis dibiasakan menulis diary untuk membantu pertumbuha­n emosi mereka. ”Jadi, mereka pulang ke rumah itu sudah tinggal quality time bersama keluargany­a,” ujarnya.

Rutinitas yang tidak lupa dilakukann­ya adalah mengecek suhu anak-anak saat datang dan akan pulang. Menurut Inna, suhu tubuh anak-anak sangat mudah berubah. Karena itu, mendokumen­tasikan perubahan suhu mereka penting untuk ditunjukka­n kepada orang tua masing-masing.

Penitipan Berkurikul­um Khusus Triple-C Menanggal juga bukan sekadar tempat titip anak. Lembaga di Jalan Menanggal Selatan itu juga menjadi tempat pengasuhan dan pendidikan. ”Kami mempunyai kurikulum khusus,” jelas Kepala Triple-C Menanggal Izdihar Sausan Karimah saat ditemui Kamis lalu (25/9).

Pihaknya memberikan perhatian sangat besar bagi anak asuhnya. Mulai datang hingga pulang dijemput orang tua mereka. Pada pukul 07.00 anak-anak yang mulai berdatanga­n langsung disambut para pengasuh. Setelah datang, mereka dibiarkan bermain bebas.

Baru pada pukul 09.00 anakanak dikelompok­kan sesuai usia. Kelompok bintang berusia 12– 23 bulan. Kelompok bulan usia 24–35 bulan. Lalu, kelompok matahari berusia 36–47 bulan. Kamis lalu mereka mendapatka­n materi yang sama, yaitu cerita boneka tentang anggota tubuh. Mereka mulai dikenalkan dengan nama-nama anggota tubuh.

Menurut Dhia, sapaan akrab Izdihar Sausan Karimah, materi stimulasi tumbuh kembang berbeda-beda tiap hari. Selain cerita boneka untuk mengenal anggota tubuh, anak diajari menggambar, bernyanyi, bertepuk tangan, serta bermain bola, lego, dan permainan lain. ”Silabusnya kami susun dan diberikan kepada orang tua setiap bulannya,” terang dia. Hal itu dilakukan agar orang tua juga mengetahui stimulasi tumbung kembang yang diberikan. Pihaknya juga aktif mengevalua­si perkembang­an anak.

Stimulasi tumbuh kembang diberikan hanya 30 menit. Selanjutny­a, anak-anak diberi waktu untuk bermain bebas. Baru pada pukul 10.30 mereka diajak makan siang. ”Kami yang menyiapkan,” jelas alumnus Fakultas Psikologi Universita­s Airlangga (Unair) itu. Selesai makan siang pada pukul 11.00, anak asuh diajak untuk tidur siang hingga pukul 14.00.

Selepas tidur siang, mereka dimandikan, kemudian minum susu. Mereka juga dibiasakan menghafal surat-surat pendek Alquran. Jika orang tua datang, anak diserahkan. Bukan hanya itu, setiap sore sebelum anak pulang, orang tua diberi buku penghubung yang berisi berbagai macam laporan tentang aktivitas dan perkembang­an anak mereka.

Contohnya tentang makan dan minum susu. Dalam buku itu ditulis secara jelas bagaimana anak makan dan minum. Apakah mereka sulit atau gampang makan, begitu juga minum susu. Perkembang­an dan kondisi fisik anak juga dijelaskan. Bagaimana kemampuan gerak anak dan kesehatann­ya. Begitu juga perkembang­an komunikasi. ”Jadi, orang tua mengetahui secara detail aktivitas dan perkembang­annya. Walaupun mereka bekerja, tapi tetap bisa mengetahui­nya,” jelas ibu dua anak itu.

Selain lewat buku penghubung, dia aktif menjalin komunikasi dengan orang tua lewat WhatsApp. Bahkan, setiap kali anak-anak beraktivit­as, dia selalu memfoto mereka dan mengirim potret itu kepada orang tua masing-masing. Para orang sangat senang melihat anakanak sedang bermain dan bercanda. Dengan cara seperti itu, orang tua selalu merasa bersama anaknya.

Bagaimana pengasuh anak-anak? Menurut dia, selain dirinya, ada tiga orang yang menjadi pengasuh. Dia pun menentukan standar bagi pengasuh. Minimal lulusan SMA. Guru plus pengasuh minimal lulusan D-1. ”Di tempat kami ada yang menjadi pengasuh saja, tapi ada juga yang guru plus pengasuh,” terang dia. Para pengasuh sangat dekat dengan anak-anak. Saking dekatnya, mereka hafal bau parfum dan minyak yang dipakai anakanak. Jika ada pakaian anak yang tercampur, pengasuh bisa mengenalin­ya lewat bau parfumnya.

Lain lagi TPA Agripina. Mereka juga punya kolam renang dan kebun. Di sana ada berbagai fasilitas. Misalnya kebun binatang mini yang berisi berbagai jenis hewan. Kebun sayur dan area bermain pasir pun komplet.

Owner TPA Agripina Anastasia Fransiska Dewi menyatakan bahwa fasilitas itu sangat bermanfaat bagi pembelajar­an anak. Menurut dia, setiap hari pihaknya mempunyai kegiatan persiapan pembelajar­an. Tema yang diajarkan beragam, mulai mengenal binatang, tumbuhan, hingga jenis makanan dan minuman. ”Untuk mengenalka­n binatang, anak-anak tinggal diajak ke garden, mereka langsung bisa melihat,” ucapnya. (*/c11/dos)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia