Lebih Asyik dengan Gowes Blusukan
Jambore Sepeda Lipat Nasional 4 Jogjakarta Setia Menemani ke Luar Negeri
KOLEKTOR sepeda asal Jatiti Bening, Bekasi, Hermanto Mustopoo benar-benar lengket dengan sepedada lipat. Saat bepergian ke luar kota,a, dia hampir selalu membawa sepeda.a. Tak terkecuali ke luar negeri, sepedada lipat menjadi andalan untukk menikmati suasana kota-kota yangng dia kunjungi.
”Simpel banget. Kadang bisaa langsung gowes begitu keluar dariri bandara,” ujar Hermanto yang ke-emarin menghadiri Jamselinas ber-rsama istrinya, Andra. Dengan sepedada lipat pula, dia biasa membandingkann lalu lintas di dalam negeri dengann di negara lain. ”Banyak negara yangng memperlakukan pengguna sepedada dengan sangat baik. Jalur khususus sepedanya sangat bagus. Itu yangng patut kita contoh,” ujarnya.
Dia mengaku sudah pernah goweses seli di berbagai negara, tak terkecualili Eropa dan Amerika. Di Asia Her-rmanto sudah pernah menyusuriri jalanan di Taiwan, Malaysia, dann Singapura. ”Di Taiwan paling enakak karena ada jalur khusus. Di beberapa kota negara Eropa, jalur khusus sepeda malah berada di tengah, dan kendaraan lain tidak masuk ke jalur tersebut,” ujarnya.
Sayang, kondisi tersebut belum ditemuinya di Indonesia. Menurut dia, meski beberapa kota sudah menyediakan jalur khusus, tidak ada jaminan steril dari kendaraan lain. Karena itu, dia belum berani mengizinkan istrinya berangkat dan pulang kerja dengan sepeda alias bike to work. ”Di sini masih ada saja kasus motor yang menabrak sepeda di jalur sepeda,” ujarnya.ujarny
Andra tidak menampik cerita itu. Bahkan, ada beberapa rekannya yang biasa bike to work terpaksa masuk rumah sakit karena ditabrak motor. ”Kalau saya lebih banyak bersepeda di sekitar rumah,” ujarnya. (pra/c10/fat) Ikatan persaudaraan penggemar sepeda lipat (seli) jelas tak boleh dipandang sebelah mata. Mereka punya ajang berkumpul tahunan yang selalu diikuti para pencinta folding bike dari seluruh Nusantara. Jumlahnya pun terus meningkat dari tahun ke tahun. JAMSELINAS 4 di Jogja yang dilaksanakan kemarin (27/9) dan hari ini (28/9) menjadi bukti bahwa sepeda lipat juga memiliki banyak penggemar fanatik. Peserta yang datang lebih dari 500 orang. Itu belum termasuk komunitas sepeda lipat lokal Jogja sendiri yang juga terbilang tidak sedikit. Padahal, target awal event tersebut hanya mengumpulkan 200 pencinta sepeda lipat.
Para peserta yang datang pun membawa sepeda lipat dari berbagai merek yang sudah populer di kalangan pencinta folding bike. Seperti pada penyelenggaraan sebelumnya, brand asing selalu saja menjadi pusat perhatian dan bahan pembicaraan. Misalnya, seli merek Birdy, Bike Friday, Brompton, dan tentu saja Dahon. Pemilik sepeda dengan merekmerek di atas tergolong pencinta seli yang fanatik. Selain harganya yang rata-rata lumayan ”wah”, biasanya mereka memiliki komunitas tersendiri.
Ada juga peserta yang membawa seli dengan jenis yang ”tak terlalu lazim”. Di antaranya, Strida yang populer dengan geometri segi tiga, Pacific CarryMe yang sangat mini, hingga folding bike tandem buatan KHS. Namun, ketika mereka berkumpul di Jamselinas, sekat-sekat berdasar merek dan harga sepeda tak lagi ada. Semua membaur menjadi satu.
Event kemarin ternyata juga didatangi tamu penggemar seli dari luar negeri seperti AS dan Jepang. Karena itulah, pihak penyelenggara mendesain event kali ini dengan konsep wisata. Namanya Gowes Explorer dan Gowes Blusukan.
”Agar lebih membaur, acara gowes dibagi dalam kelompok-kelompok. Anggota setiap kelompok diacak dari komunitas yang berbeda-beda,” kata Ketua Panitia Jamselinas 4 Gunawan sebelum start di Kepatihan, Jogja, kemarin.
Di setiap checkpoint juga ada permainan serta pertanyaan yang bersangkutan dengan lokasi tersebut. Peserta yang mampu mengumpulkan poin terbanyak akan menjadi juara. ”Sesuai harapan kami, event ini untuk silaturahmi komunitas dari berbagai daerah sehingga kami kemas dengan permainan yang bisa mengakrabkan para peserta. Ini seperti naik hajinya komunitas folding bike,” ujarnya.
Gunawan yang berasal dari Jogja Folding Bike Community itu menambahkan, Jogja menjadi tuan rumah untuk Jamselinas setelah digelar di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Untuk event kali ini, dia ingin memasukkan unsur pengenalan potensi wisata Jogja. Mulai wisata kuliner, heritage, hingga wisata belanja. ”Karena itu, mereka kami ajak blusukan wilayah Jogja dengan panduan-panduan di tiap checkpoint,” ujarnya.
Secara keseluruhan, Gunawan mengatakan bahwa event kemarin sangat memuaskan. Banyak sekali komunitas yang bergabung. Di antaranya, Seli Solo Raya, Komselnis Semarang, dan Sel-B Bandung. Ada juga komunitas dari kota-kota lain seperti Trenggalek, Jember, Pekalongan, hingga Cirebon. ”Banyak juga perwakilan dari luar Jawa,” katanya.
Melihat antusiasme seperti itu, Gunawan yakin komunitas folding bike akan terus berkembang di Indonesia. Faktor simpel sepeda lipat menjadikan sepeda jenis itu menjadi pilihan tersendiri . ” Mudah dibawa ke mana- mana. Dimasukkan bagasi pesawat juga bisa. Kalau capek gowes, bisa kita lipat terus melanjutkan perjalanan dengan bus atau taksi,” terangnya. ( pra/ c10/ fat)