LAKUKAN DENGAN CINTA
Bagi Raline Shah, 30, it’s all about love. Dimulai dari gerakan sosialnya; Love Resolution, kekagumannya terhadap kreativitas desainer lokal, hingga kecintaannya pada keberagaman alam dan budaya Indonesia. OLEH ANGGITA DWINDA
Kesibukan Anda belakangan ini?
“Saat ini sedang disibukkan dengan promosi film terbaru, Surga Yang Tak Dirindukan. Syukurlah, tanggapan yang kita terima dari penonton Indonesia sejauh ini sangat baik. Selain itu, saya juga masih terikat dengan Berrybenka untuk koleksi Raline Shah x Berrybenka, dan tahun ini saya mengadakan inisiatif sosial, yakni Love Resolution.”
Bisa jelaskan lebih lanjut tentang Love Resolution?
“Sebenarnya, Love Resolution ini adalah inisiatif saya sendiri, di mana saya bekerja sama dengan komunitas sosial, 3 Little Angels. Tujuannya bukan untuk pengumpulan dana, melainkan untuk meningkatkan kesadaran tentang kebiasaan berbagi di kalangan umum. Maksudnya, saya ingin mengubah anggapan bahwa hanya orang mampu yang bisa berbagi dengan sesama. Melalui berbagai kegiatan yang dilakukan di Love Resolution ini, saya ingin bisa menanamkan kebiasaan bahwa berbagi itu harus dilakukan meskipun mungkin jumlahnya hanya sedikit, yang penting ikhlas.”
Sehubungan dengan kerjasama Anda dan Berrybenka, apa saja pengalaman yang didapatkan?
“Karena saya bukan desainer, maka koleksi Raline Shah x Berrybenka ini dibuat berdasarkan gaya berpakaian saya yakni, sporty casual, glam chic, serta classic heritage. Jadi, saya yang buat konsepnya, sesudah itu barulah para ahli yang bekerja, hahaha. Tapi, saya memang banyak belajar tentang proses produksi pakaian dan menyadari betapa rumitnyadetail yang harus diperhatikan saat membuat pakaian. Misalkan, ada saat di mana coraknya sudah bagus, tapi bahan kainnya keras, sehingga pakaiannya tidak bisa sesuai konsep awal dan kemudian harus disesuaikan kembali dengan bujet yang ada... hal-hal seperti ini yang membuka mata saya mengenai industri fashion dan membuat saya amat menghormati desainer lokal.”
Bicara desainer lokal, siapakah desainer favorit Anda?
“Biyan. Saya merasa bahwa jadi desainer itu tak hanya harus memiliki selera bagus, tapi juga konsistensi dan eksistensi yang menginspirasi desainer lainnya. Menurut saya, Biyan memiliki semua itu. Beliau satu-satunya desainer lokal yang berhasil memasukkan koleksinya di department store kenamaan di luar negeri, dan itu membuat saya makin mengagumi beliau. He really is my inspiration in fashion.”
Anda sering terlihat mengenakan kain tradisional di berbagai acara. Memang suka, ya?
“Ya, saya memang suka mengenakan kain tenun atau kain tradisional lainnya, tapi yang sudah dibuat modern dan kasual. Jika ada premiere film atau acara penting lainnya, saya juga lebih memilih untuk menggunakan karya desainer lokal. Ditambah lagi, beberapa tahun belakangan ini, saya juga terlibat dalam Cita Tenun Indonesia, sehingga pengetahuan saya tentang kain tradisional pun bertambah. Saya bersemangat melihat perkembangan fashion lokal yang terus berinovasi dalam penggunaan kain tradisional, dan menciptakan karya yang stylish.” HW